about islam


about islam
Diposkan oleh Bola-Mania di 13:09

Islam???
hemmmm..
orang jawa bilang islam tu singkatan dari isya',subuh,lohor,ashar,n maghrib...
Padahal kalo dipikir2 itu salah besar lo...
Ehm sebenarnya islam tu...

slam (Arab: al-islām, الإسلام Bunyi dengarkan: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Aspek kebahasaan
* 2 Kepercayaan
o 2.1 Lima Rukun Islam
o 2.2 Enam Rukun Iman
* 3 Doktrin Islam
o 3.1 Allah
o 3.2 Al Qur'an
o 3.3 Nabi Muhammad
* 4 Sejarah
o 4.1 Masa sebelum kedatangan Islam
o 4.2 Masa awal
o 4.3 Khalifah Rasyidin
o 4.4 Masa kekhalifahan selanjutnya
* 5 Demografi
* 6 Tempat ibadah
* 7 Lihat pula
* 8 Catatan kaki
* 9 Daftar pustaka
o 9.1 Buku dan jurnal
o 9.2 Ensiklopedia
o 9.3 Bacaan lebih lanjut
* 10 Pranala luar

[sunting] Aspek kebahasaan

Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..."[7] Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."[8] Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.[9]

Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.

[sunting] Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, Penutup segala Nabi Allah (khataman-nabiyyin), dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (kata dan amalan Nabi Muhammad SAW) sebagai sumber fundamental Islam.[10] Mereka tidak menganggap Muhammad SAW sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan nabi lainnya (untuk lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.[11]

Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya [12]. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Profil Muslim di Indonesia

Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as, dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as juga menganut Islam [13]. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[14] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.[15]

[sunting] Lima Rukun Islam

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Islam

Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut umumnya digalakkan untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang menyatukan Muslim sebagai sebuah komunitas.[16] Tambahan dari Lima Rukun, hukum Islam (syariah) telah membangun tradisi perintah yang telah menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan dan kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktikal seperti kehalalan, perbankan, jihad dan zakat.[17]

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah:

1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Alloh SWT saja dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan rasul Alloh SWT.
2. Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
3. Membayar zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

[sunting] Enam Rukun Iman

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman

Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:

1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur, lembaran Ibrahim)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar


[sunting] Doktrin Islam

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebahagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[18] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, adalah negara Muslim terbesar berdasarkan populasinya.[19]

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Rasulullah SAW). Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

[sunting] Allah

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Allah dan Tauhid

Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid-kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Allāh; kebanyakan ilmuwan percaya kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh (dewa, bentuk maskulin), bermaksud "Tuhan" (al-ilāh ), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari Arami Alāhā.[20] Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi:


لا إله إلا الله محمد رسول الله

Tiada Tuhan Melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah


Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana pada surat al-Ikhlas (surat ke 112) yang terjemahannya adalah:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:

"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat". (QS 42-11)

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya kepada manusia melalui al-Quran :

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". (QS. 20 : 14)

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politheisme.

Mengutip al-Qur'an, surat An-Nisa(4) :171:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".

Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan tidak serupa dengan apapun (Asy-Syuraa QS. 42 : 11). Sebagai gantinya, Islam menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.

[sunting] Al Qur'an

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al Qur'an

Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya s

Baca Selengkapnya...


about islam
Diposkan oleh Bola-Mania di 13:09

Islam???
hemmmm..
orang jawa bilang islam tu singkatan dari isya',subuh,lohor,ashar,n maghrib...
Padahal kalo dipikir2 itu salah besar lo...
Ehm sebenarnya islam tu...

slam (Arab: al-islām, الإسلام Bunyi dengarkan: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Aspek kebahasaan
* 2 Kepercayaan
o 2.1 Lima Rukun Islam
o 2.2 Enam Rukun Iman
* 3 Doktrin Islam
o 3.1 Allah
o 3.2 Al Qur'an
o 3.3 Nabi Muhammad
* 4 Sejarah
o 4.1 Masa sebelum kedatangan Islam
o 4.2 Masa awal
o 4.3 Khalifah Rasyidin
o 4.4 Masa kekhalifahan selanjutnya
* 5 Demografi
* 6 Tempat ibadah
* 7 Lihat pula
* 8 Catatan kaki
* 9 Daftar pustaka
o 9.1 Buku dan jurnal
o 9.2 Ensiklopedia
o 9.3 Bacaan lebih lanjut
* 10 Pranala luar

[sunting] Aspek kebahasaan

Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..."[7] Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."[8] Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.[9]

Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.

[sunting] Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, Penutup segala Nabi Allah (khataman-nabiyyin), dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (kata dan amalan Nabi Muhammad SAW) sebagai sumber fundamental Islam.[10] Mereka tidak menganggap Muhammad SAW sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan nabi lainnya (untuk lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.[11]

Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya [12]. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Profil Muslim di Indonesia

Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as, dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as juga menganut Islam [13]. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[14] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.[15]

[sunting] Lima Rukun Islam

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Islam

Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut umumnya digalakkan untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang menyatukan Muslim sebagai sebuah komunitas.[16] Tambahan dari Lima Rukun, hukum Islam (syariah) telah membangun tradisi perintah yang telah menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan dan kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktikal seperti kehalalan, perbankan, jihad dan zakat.[17]

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah:

1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Alloh SWT saja dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan rasul Alloh SWT.
2. Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
3. Membayar zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

[sunting] Enam Rukun Iman

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman

Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:

1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur, lembaran Ibrahim)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar


[sunting] Doktrin Islam

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebahagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[18] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, adalah negara Muslim terbesar berdasarkan populasinya.[19]

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Rasulullah SAW). Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

[sunting] Allah

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Allah dan Tauhid

Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid-kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Allāh; kebanyakan ilmuwan percaya kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh (dewa, bentuk maskulin), bermaksud "Tuhan" (al-ilāh ), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari Arami Alāhā.[20] Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi:


لا إله إلا الله محمد رسول الله

Tiada Tuhan Melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah


Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana pada surat al-Ikhlas (surat ke 112) yang terjemahannya adalah:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:

"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat". (QS 42-11)

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya kepada manusia melalui al-Quran :

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". (QS. 20 : 14)

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politheisme.

Mengutip al-Qur'an, surat An-Nisa(4) :171:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".

Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan tidak serupa dengan apapun (Asy-Syuraa QS. 42 : 11). Sebagai gantinya, Islam menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.

[sunting] Al Qur'an

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al Qur'an

Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya s


about islam
Diposkan oleh Bola-Mania di 13:09

Islam???
hemmmm..
orang jawa bilang islam tu singkatan dari isya',subuh,lohor,ashar,n maghrib...
Padahal kalo dipikir2 itu salah besar lo...
Ehm sebenarnya islam tu...

slam (Arab: al-islām, الإسلام Bunyi dengarkan: "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama ini termasuk agama samawi (agama-agama yang dipercaya oleh para pengikutnya diturunkan dari langit) dan termasuk dalam golongan agama Ibrahim. Dengan lebih dari satu seperempat milyar orang pengikut di seluruh dunia [1][2], menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Aspek kebahasaan
* 2 Kepercayaan
o 2.1 Lima Rukun Islam
o 2.2 Enam Rukun Iman
* 3 Doktrin Islam
o 3.1 Allah
o 3.2 Al Qur'an
o 3.3 Nabi Muhammad
* 4 Sejarah
o 4.1 Masa sebelum kedatangan Islam
o 4.2 Masa awal
o 4.3 Khalifah Rasyidin
o 4.4 Masa kekhalifahan selanjutnya
* 5 Demografi
* 6 Tempat ibadah
* 7 Lihat pula
* 8 Catatan kaki
* 9 Daftar pustaka
o 9.1 Buku dan jurnal
o 9.2 Ensiklopedia
o 9.3 Bacaan lebih lanjut
* 10 Pranala luar

[sunting] Aspek kebahasaan

Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama, yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari al-Qur’an. Dalam beberapa ayat, kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam..."[7] Ayat lain menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai "agama"): "...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."[8] Namun masih ada yang lain yang menggambarkan Islam itu sebagai perbuatan kembali kepada Tuhan-lebih dari hanya penyataan pengesahan keimanan.[9]

Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”. Kata 'Muslim' (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islām, kata tersebut berarti “orang yang berserah diri kepada Allah" dalam bahasa Indonesia.

[sunting] Kepercayaan

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin ("dua kalimat persaksian"), yaitu "Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah" — yang berarti "Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah". Adapun bila seseorang meyakini dan kemudian mengucapkan dua kalimat persaksian ini, berarti ia sudah dapat dianggap sebagai seorang Muslim atau mualaf (orang yang baru masuk Islam dari kepercayaan lamanya).

Kaum Muslim percaya bahwa Allah mewahyukan al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW, Penutup segala Nabi Allah (khataman-nabiyyin), dan menganggap bahwa al-Qur'an dan Sunnah (kata dan amalan Nabi Muhammad SAW) sebagai sumber fundamental Islam.[10] Mereka tidak menganggap Muhammad SAW sebagai pengasas agama baru, melainkan sebagai pembaharu dari keimanan monoteistik dari Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan nabi lainnya (untuk lebih lanjutnya, silakan baca artikel mengenai Para nabi dan rasul dalam Islam). Tradisi Islam menegaskan bahwa agama Yahudi dan Kristen telah membelokkan wahyu yang Tuhan berikan kepada nabi-nabi ini dengan mengubah teks atau memperkenalkan intepretasi palsu, ataupun kedua-duanya.[11]

Umat Islam juga meyakini al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup mereka yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantara Malaikat Jibril yang sempurna dan tidak ada keraguan di dalamnya (QS al-Baqarah:2). Allah juga telah berjanji akan menjaga keotentikan al-Qur'an hingga akhir zaman dalam suatu ayat.

Adapun sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur'an, umat Islam juga diwajibkan untuk mengimani kitab suci dan firman-Nya yang diturunkan sebelum al-Qur'an (Zabur, Taurat, Injil, dan suhuf atau lembaran Ibrahim) melalui nabi dan rasul terdahulu adalah benar adanya [12]. Umat Islam juga percaya bahwa selain al-Qur'an, seluruh firman Allah terdahulu telah mengalami perubahan oleh manusia. Mengacu pada kalimat di atas, maka umat Islam meyakini bahwa al-Qur'an adalah satu-satunya kitab Allah yang benar-benar asli dan sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Profil Muslim di Indonesia

Umat Islam juga percaya bahwa Islam adalah agama yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul utusan Allah sejak masa Nabi Adam as, dengan demikian tentu saja Nabi Ibrahim as juga menganut Islam [13]. Pandangan ini meletakkan Islam bersama agama Yahudi dan Kristen dalam rumpun agama yang mempercayai Nabi Ibrahim as. Di dalam al-Qur'an, penganut Yahudi dan Kristen sering disebut sebagai Ahli Kitab atau Ahlul Kitab.

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[14] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara Muslim terbesar berdasar populasi.[15]

[sunting] Lima Rukun Islam

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Islam

Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut umumnya digalakkan untuk memegang Lima Rukun Islam, yaitu lima pilar yang menyatukan Muslim sebagai sebuah komunitas.[16] Tambahan dari Lima Rukun, hukum Islam (syariah) telah membangun tradisi perintah yang telah menyentuh pada hampir semua aspek kehidupan dan kemasyarakatan. Tradisi ini meliputi segalanya dari hal praktikal seperti kehalalan, perbankan, jihad dan zakat.[17]

Isi dari kelima Rukun Islam itu adalah:

1. Mengucap dua kalimah syahadat dan meyakini bahwa tidak ada yang berhak ditaati dan disembah dengan benar kecuali Alloh SWT saja dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan rasul Alloh SWT.
2. Mendirikan shalat wajib lima kali sehari.
3. Membayar zakat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
5. Menunaikan ibadah haji bagi mereka yang mampu.

[sunting] Enam Rukun Iman

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Rukun Iman

Muslim juga mempercayai Rukun Iman yang terdiri atas 6 perkara yaitu:

1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada malaikat Allah
3. Iman kepada kitab-kitab Allah (Al-Qur'an, Injil, Taurat, Zabur, lembaran Ibrahim)
4. Iman kepada nabi dan rasul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar


[sunting] Doktrin Islam

Hampir semua Muslim tergolong dalam salah satu dari dua mazhab terbesar, Sunni (85%) dan Syiah (15%). Perpecahan terjadi setelah abad ke-7 yang mengikut pada ketidaksetujuan atas kepemimpinan politik dan keagamaan dari komunitas Islam ketika itu. Islam adalah agama pradominan sepanjang Timur Tengah, juga di sebahagian besar Afrika dan Asia. Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar 20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[18] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, adalah negara Muslim terbesar berdasarkan populasinya.[19]

Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan peletakan Ahlul Bait (keluarga keturunan Rasulullah SAW). Namun secara umum, baik Sunni maupun Syi'ah percaya pada rukun Islam dan rukun iman walaupun dengan terminologi yang berbeda.

[sunting] Allah

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Allah dan Tauhid

Konsep Islam teologikal fundamental ialah tauhid-kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan. Istilah Arab untuk Tuhan ialah Allāh; kebanyakan ilmuwan percaya kata Allah didapat dari penyingkatan dari kata al- (si) dan ʾilāh (dewa, bentuk maskulin), bermaksud "Tuhan" (al-ilāh ), tetapi yang lain menjejakkan asal usulnya dari Arami Alāhā.[20] Kata Allah juga adalah kata yang digunakan oleh orang Kristen (Nasrani) dan Yahudi Arab sebagai terjemahan dari ho theos dari Perjanjian Baru dan Septuaginta. Yang pertama dari Lima Rukun Islam, tauhid dituangkan dalam syahadat (pengakuan), yaitu bersaksi:


لا إله إلا الله محمد رسول الله

Tiada Tuhan Melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah


Konsep tauhid ini dituangkan dengan jelas dan sederhana pada surat al-Ikhlas (surat ke 112) yang terjemahannya adalah:

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah (Tuhan), Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu,
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Nama "Allah" tidak memiliki bentuk jamak dan tidak diasosiasikan dengan jenis kelamin tertentu. Dalam Islam sebagaimana disampaikan dalam al-Qur'an dikatakan:

"(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat". (QS 42-11)

Allah adalah Nama Tuhan (ilah) dan satu-satunya Tuhan sebagaimana perkenalan-Nya kepada manusia melalui al-Quran :

"Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". (QS. 20 : 14)

Pemakaian kata Allah secara linguistik mengindikasikan kesatuan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah sama dengan Tuhan umat Yahudi dan Nasrani, dalam hal ini adalah Tuhan Ibrahim. Namun, Islam menolak ajaran Kristen menyangkut paham Trinitas dimana hal ini dianggap Politheisme.

Mengutip al-Qur'an, surat An-Nisa(4) :171:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikannya kepada Maryam dan (dengan tiupan ) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Dan janganlah kamu mengatakan :"Tuhan itu tiga", berhentilah dari ucapan itu. Itu lebih baik bagi kamu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa. Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara".

Dalam Islam, visualisasi atau penggambaran Tuhan tidak dapat dibenarkan, hal ini dilarang karena dapat berujung pada pemberhalaan dan justru penghinaan, karena Tuhan tidak serupa dengan apapun (Asy-Syuraa QS. 42 : 11). Sebagai gantinya, Islam menggambarkan Tuhan dalam 99 nama/gelar/julukan Tuhan (asma'ul husna) yang menggambarkan sifat ketuhanan-Nya sebagaimana terdapat pada al-Qur'an.

[sunting] Al Qur'an

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Al Qur'an

Al-Fatihah merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur'an berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab, ummat Islam merujuk Al-Qur'an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya s

Baca Selengkapnya...

Pasangan SBY?



Langkah Ke Depan, Penentuan Calon Wapres
Monday, 27 April 2009 18:25 administrator

JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menetapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon presiden dan SBY sendiri telah secara resmi menerima pencalonan tersebut. "Maka langkah ke depan adalah penentuan calon wakil presiden. Partai Demokrat telah memberi mandat sepenuhnya, kita inginkan pemerintahan koalisi, adanya pemerintahan efektif, kompak kuat," jelas Andi Mallarangeng, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia DPP Partai Demokrat, hari Minggu (26/4) petang dalam konferensi persnya.



"Salah satu penentunya, chemistry hubungan calon presiden dan calon wakil presiden. Kami dari Demokrat ingin diserahkan SBY sendiri. Pendaftaran itu baru dimulai 10 Mei. Karena itu, waktu cukup untuk menentukannya, maka nanti SBY yang akan menentukan. Dan Partai Demokrat siap mendukung siapapun keputusan SBY sesuai kriteria yang disampaikan," jelas Andi.
Dalam Undang-Undang Dasar pemilihan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, setelah Calon Presiden terpilih, maka berikutnya adalah memberi mandat kepada calon presiden untuk mencari pendamping.
"Kriteria selain kapasitas, elektabilitas, akseptabilitas. Saya yakin beliau akan dapatkan kriteria-kriteria itu, sehingga bisa lanjutkan lebih baik lagi," ujarnya.

Baca Selengkapnya...



Langkah Ke Depan, Penentuan Calon Wapres
Monday, 27 April 2009 18:25 administrator

JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menetapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon presiden dan SBY sendiri telah secara resmi menerima pencalonan tersebut. "Maka langkah ke depan adalah penentuan calon wakil presiden. Partai Demokrat telah memberi mandat sepenuhnya, kita inginkan pemerintahan koalisi, adanya pemerintahan efektif, kompak kuat," jelas Andi Mallarangeng, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia DPP Partai Demokrat, hari Minggu (26/4) petang dalam konferensi persnya.



"Salah satu penentunya, chemistry hubungan calon presiden dan calon wakil presiden. Kami dari Demokrat ingin diserahkan SBY sendiri. Pendaftaran itu baru dimulai 10 Mei. Karena itu, waktu cukup untuk menentukannya, maka nanti SBY yang akan menentukan. Dan Partai Demokrat siap mendukung siapapun keputusan SBY sesuai kriteria yang disampaikan," jelas Andi.
Dalam Undang-Undang Dasar pemilihan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, setelah Calon Presiden terpilih, maka berikutnya adalah memberi mandat kepada calon presiden untuk mencari pendamping.
"Kriteria selain kapasitas, elektabilitas, akseptabilitas. Saya yakin beliau akan dapatkan kriteria-kriteria itu, sehingga bisa lanjutkan lebih baik lagi," ujarnya.



Langkah Ke Depan, Penentuan Calon Wapres
Monday, 27 April 2009 18:25 administrator

JAKARTA - Partai Demokrat telah resmi menetapkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon presiden dan SBY sendiri telah secara resmi menerima pencalonan tersebut. "Maka langkah ke depan adalah penentuan calon wakil presiden. Partai Demokrat telah memberi mandat sepenuhnya, kita inginkan pemerintahan koalisi, adanya pemerintahan efektif, kompak kuat," jelas Andi Mallarangeng, Kepala Bidang Sumber Daya Manusia DPP Partai Demokrat, hari Minggu (26/4) petang dalam konferensi persnya.



"Salah satu penentunya, chemistry hubungan calon presiden dan calon wakil presiden. Kami dari Demokrat ingin diserahkan SBY sendiri. Pendaftaran itu baru dimulai 10 Mei. Karena itu, waktu cukup untuk menentukannya, maka nanti SBY yang akan menentukan. Dan Partai Demokrat siap mendukung siapapun keputusan SBY sesuai kriteria yang disampaikan," jelas Andi.
Dalam Undang-Undang Dasar pemilihan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, setelah Calon Presiden terpilih, maka berikutnya adalah memberi mandat kepada calon presiden untuk mencari pendamping.
"Kriteria selain kapasitas, elektabilitas, akseptabilitas. Saya yakin beliau akan dapatkan kriteria-kriteria itu, sehingga bisa lanjutkan lebih baik lagi," ujarnya.

Baca Selengkapnya...

tandanyo Kiamat



Adapun tanda kiamat kubra, di antaranyaDukhan (asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka


. Di antara tanda kiamat kubra yang termaktub dalam hadits di atas adalah keluarnya Dajjal. Pembahasan masalah keluarnya Dajjal merupakan pembahasan penting disebabkan beberapa faktor:1. Banyaknya orang yang menisbatkan diri kepada ilmu dan dakwah meragukan akan turunnyaNabi Isa ‘alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal.2. Kebanyakan manusia tidak terbiasa membicarakan masalah keluarnya Dajjal dan turunnya ‘Isa Almasyih.Dajjal secara bahasa artinya: Kadzdzab (tukang dusta), Mumawwih (yang menipu manusia). Dikatakan demikian karena dia adalah manusia yang paling besar penipuannya.Kejadian-Kejadian Sebelum Keluarnya DajjalBanyak kejadian telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang keluarnya Dajjal. Di antara kejadian-kejadian tersebut:1. Banyaknya yang tewas ketika kaum muslimin melawan Romawi2. Banyaknya kemenangan diraih kaum muslimin3. Kaum Muslimin menguasai Konstantinopel (Istanbul, red.)4. Dajjal keluar ketika telah sedikitnya orang Arab5. Sebelum keluarnya Dajjal, manusia tertimpa tiga paceklik yang dahsyat sehingga mereka mengalami kelaparan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan langit di tahun pertama untuk menahan sepertiga hujan, memerintahkan bumi untuk menahan sepertiga tumbuhannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun kedua untuk menahan dua pertiga hujannya dan memerintahkan tanah untuk menahan dua pertiga tanamannya. Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun ketiga menahan semua hujannya, tak ada yang turun satu tetespun dan memerintahkan tanah untuk menahan semua tumbuh-tumbuhan.



Label: adakah Allah di hatiQ??
Baca Selengkapnya...



Adapun tanda kiamat kubra, di antaranyaDukhan (asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka


. Di antara tanda kiamat kubra yang termaktub dalam hadits di atas adalah keluarnya Dajjal. Pembahasan masalah keluarnya Dajjal merupakan pembahasan penting disebabkan beberapa faktor:1. Banyaknya orang yang menisbatkan diri kepada ilmu dan dakwah meragukan akan turunnyaNabi Isa ‘alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal.2. Kebanyakan manusia tidak terbiasa membicarakan masalah keluarnya Dajjal dan turunnya ‘Isa Almasyih.Dajjal secara bahasa artinya: Kadzdzab (tukang dusta), Mumawwih (yang menipu manusia). Dikatakan demikian karena dia adalah manusia yang paling besar penipuannya.Kejadian-Kejadian Sebelum Keluarnya DajjalBanyak kejadian telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang keluarnya Dajjal. Di antara kejadian-kejadian tersebut:1. Banyaknya yang tewas ketika kaum muslimin melawan Romawi2. Banyaknya kemenangan diraih kaum muslimin3. Kaum Muslimin menguasai Konstantinopel (Istanbul, red.)4. Dajjal keluar ketika telah sedikitnya orang Arab5. Sebelum keluarnya Dajjal, manusia tertimpa tiga paceklik yang dahsyat sehingga mereka mengalami kelaparan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan langit di tahun pertama untuk menahan sepertiga hujan, memerintahkan bumi untuk menahan sepertiga tumbuhannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun kedua untuk menahan dua pertiga hujannya dan memerintahkan tanah untuk menahan dua pertiga tanamannya. Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun ketiga menahan semua hujannya, tak ada yang turun satu tetespun dan memerintahkan tanah untuk menahan semua tumbuh-tumbuhan.



Label: adakah Allah di hatiQ??



Adapun tanda kiamat kubra, di antaranyaDukhan (asap), Dajjal, Daabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya ‘Isa ‘alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, dan tiga khusuf (dibenamkan ke dalam bumi) di timur, di barat, dan di jazirah Arab, yang terakhir adalah api yang keluar dari Yaman mengusir (menggiring) mereka ke tempat berkumpulnya mereka


. Di antara tanda kiamat kubra yang termaktub dalam hadits di atas adalah keluarnya Dajjal. Pembahasan masalah keluarnya Dajjal merupakan pembahasan penting disebabkan beberapa faktor:1. Banyaknya orang yang menisbatkan diri kepada ilmu dan dakwah meragukan akan turunnyaNabi Isa ‘alaihissalam dan terbunuhnya Dajjal.2. Kebanyakan manusia tidak terbiasa membicarakan masalah keluarnya Dajjal dan turunnya ‘Isa Almasyih.Dajjal secara bahasa artinya: Kadzdzab (tukang dusta), Mumawwih (yang menipu manusia). Dikatakan demikian karena dia adalah manusia yang paling besar penipuannya.Kejadian-Kejadian Sebelum Keluarnya DajjalBanyak kejadian telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang keluarnya Dajjal. Di antara kejadian-kejadian tersebut:1. Banyaknya yang tewas ketika kaum muslimin melawan Romawi2. Banyaknya kemenangan diraih kaum muslimin3. Kaum Muslimin menguasai Konstantinopel (Istanbul, red.)4. Dajjal keluar ketika telah sedikitnya orang Arab5. Sebelum keluarnya Dajjal, manusia tertimpa tiga paceklik yang dahsyat sehingga mereka mengalami kelaparan. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan langit di tahun pertama untuk menahan sepertiga hujan, memerintahkan bumi untuk menahan sepertiga tumbuhannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun kedua untuk menahan dua pertiga hujannya dan memerintahkan tanah untuk menahan dua pertiga tanamannya. Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan langit di tahun ketiga menahan semua hujannya, tak ada yang turun satu tetespun dan memerintahkan tanah untuk menahan semua tumbuh-tumbuhan.



Label: adakah Allah di hatiQ??
Baca Selengkapnya...

Loph Allah




Sebuah Keniscayaan

Bicara tentang kekasih, identik dengan berbicara tentang cinta. Sesuatu yang dicintai dan dikasihi, dimakhlumi sebagai kekasih. Nabiyullah Ibrahim mendapat julukan Kholilullah (Kekasih Allah), artinya beliau mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya. Cinta yang hakiki-murni-sejati adalah cinta pada Dia, Dzat Maha Suci yang secara realitas telah memberi segala yang kita rasakan sekarang. Cinta hakiki adalah cinta pada dzat yang mencintai kita.



Betapa tidak, hanya dialah yang memberikan segalanya pada kita. Tengok saja segala yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah SWT. Semua yang kita gunakan adalah milik-Nya, lalu atas dasar kasih-Nya Dia mengijinkan kita untuk menggunakan semua itu. Hakekatnya, badan, tanah, rumah, kendaraan, kekayaan, jabatan dan segala hal yang kita gunakan bukanlah milik hakiki kita. Itu adalah milik Allah SWT yang atas cinta-Nya dibolehkan untuk kita gunakan sehingga menjadi �milik' kita didunia. Bukti konkret bahwa semua itu bukan milik hakiki kita, hanya �milik' sementara saja, adalah ketika siapapun meninggal maka semua itu tidak dibawanya. Badan hancur lebur dimakan bakteri; tanah, rumah, kendaraan, dan kekayaan tidak ikut dikubur, semuanya diwariskan. Jabatan juga hanya tinggal sebutan. Satu-satunya jabatan yang melekat adalah : MAYAT

Semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Saya percaya, anda pernah berpikir mengapa anda dapat membaca buku ini ? sebab, anda punya energi yang diolah dari makanan beserta indera yang dimiliki. Padahal, proses terbentuknya energi dari makanan itu melalui suatu proses metabolisme yang canggih. Siapakah yang menjadikan proses metabolisme sejak lahir dalam diri kita ? kitakah? Bukan! Allah SWT. Dengan penuh cinta memberikannya kepada kita sejak bayi. Tanpa metabolisme, kita tak berdaya apa-apa. Organ tubuh kita dengan fungsinya masing-masing, kitakah yang membuatnya? Tentu, bukan! Allah SWT. Menciptakannya untuk kita gunakan. Kita makan nasi, siapakah yang membuat padinya? Petani ? kita, tentu, akan mengatakan : �bukan, petani hanyalah menanam�. Allah SWT. Memang sengaja menciptakan padi untuk kita makan. Dia telah berjanji memberi rizki pada setiap makhluknya. Pakaian yang kita kenakan berasal dari benang, dan benang berasal dari kapas, siapakah yang menjadikan pohon kapas? Bukan siapapun melainkan Allah SWT. Setiap apapun yang kita gunakan, terang sekali ciptakan Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun yang kita miliki dan gunakan kecuali berasal dari Allah Dzat Maha Sayang. Kita tak punya daya dan upaya tanpa Allah SWT, la hawla wa la quwwata illa billah . Semua itu merupakan wujud sifat kasih sayang Allah SWT ( Ar rahman ) yang dia berikan kepada kita.

Realitas menunujukkan tidak ada siapapun yang mencintai kita memberi segala yang kita punyai dan kita butuhkan selain Allah Pencipta kita. Kecintaan Allah SWT. Nampak begitu nyata. Bila demikian, maka sangat rasional bila saya, anda, dan siapapun ingin menjadi kekasih-Nya. Ingin menumpahkan cinta kita kepada-Nya. Kehendak menjadi kekasih Allah SWT. Dan mencurahkan kecintaan kepada-Nya sungguh merupakan keniscayaan bagi mereka yang menyadari sebagai hamba Allah Dzat Maha Pemberi.

Wujud Nyata

Wujud cinta tersebut umumnya teraplikasi setidaknya dalam tiga bentuk. Pertama, lebih mementingkan perintah kekasihnya dari pada perintah yang lain; kedua, lebih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibanding dengan yang lain; dan ketiga, lebih mementingkan mendapat keridhoan kekasihnya dari pada mendapatkan keridhoan yang lainnya. Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT sebagai kekasih sejati atau belum mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada perintah-Nya ? sudahkah selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadatan? Sudahkah mengharapkan keridhoan hanya dari-Nya? Kepada hukum Allah ataukah hukum thaghut? Jika jawabannya belum, maka tidak salah bila saat ini nurani anda bergumam: �hipokrit engkau wahai jiwaku!� sekalipun demikian, sampai sekarangpun belum terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Yakinlah, kita dapat menjadi kekasih-Nya hingga nama kita senantiasa disebut-sebut di kalangan para malaikat.

Satu hal yang penting dicatat, tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita dalam keridhoan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Inilah kiat pertama yang mutlak dilakukan:� Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi kekasih-Nya�. Katakanlah:�Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.� Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . Begitu firman Allah SWT dalam surat Ali �Imron [3] ayat 31.

Seorang muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah sepatutnyalah menjadikan cinta tertingginya untuk Allah SWT. Karena dia adalah penyebar ajaran-ajaran-Nya. Dengan demikian ia akan menjadi uswah dan qudwah bagi masyarakat obyek dakwahnya. Sulit dibayangkan seseorang mengajak orang lain untuk mencintai Allah SWT bila dia yang mengajaknya tidak menjadikan Allah SWT sebagai kekasihnya. Jadi, keimanan dan tanggung jawab ini akan mendorong setiap mukmin pengemban dakwah terus berusaha untuk mencintai sekaligus dicintai oleh Allah. Demikian pula muslim pada umumnya.

Langkah Menjadi Kekasih-Nya

Siapapun yang men- tadabburi kalamullah, akan menemukan beberapa sifat yang harus dimiliki agar menjadi hamba yang dicintai Khaliq- nya. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya :

1. Beriman

Adanya iman pada seseorang, merupakan syarat mutlak bagi hamba yang berhasrat dicintai Allah. Tanpa ini, jangan harap ada cinta dari-Nya. pada ayat 18 al-Fath, yang memberikan gambaran baiatur Ridwan, Allah menjelaskan hal tersebut. Seorang mukmin, terlebih-lebih para pengemban dakwah betul-betul memiliki keimanan yang mantap disertai dengan pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia senantiasa bergetar hatinya apabila disebut nama Allah (artinya disebut ayat-ayat Allah) sebagai lambang kerinduan kepada-Nya, bahkan iapun berusaha selalu memahami ayat-ayat Allah dengan mendalam sehingga keimanannya makin bertambah setiap dibacakan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal.� ( Qs. Al-Anfaal [8]:2 )

penampakan keimanan yang lainnya, ia senantiasa khusyu' dalam sholatnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

� (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.� ( Qs. Al-Mukminuun[23] : 2 )

saat melakukan sholat, pikirannya tertuju pada makna bacaan, lidahnya membaca dan hatinya menghayati apa yang dibacanya itu. Ia dapat khusyu' seperti ini karena betul-betul meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan ia pun yakin bahwa ia pasti akan kembali dan bertemu dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.� ( Qs. Al-Baqarah [2] : 46 )

Keimanan yang seperti ini akan juga membuahkan amal-amal yang menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna. Sebagaimana firman Allah SWT:

� Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.� ( Qs. Al-Mukminuun[23]:3 )

Demikian pula ia mengeluarkan zakat, menjaga arji- nya dari berzina, selalu memegang teguh dan menyampaikan amanat, menepati janji, dan selalu menjaga sholatnya agar tidak terbengkalai. Sebagaimana firman Allah SWT :

�Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan sembahyangnya.�( Qs. Al-Mukminun [23]:4-9 )

Dalam kitab Nashooihul �Ibad, Ibnu Hajar al-Atsqolani mengutip sebuah hadist Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tanda-tanda keimanan :

�Suatu hari Rasulullah berjumpa dengan beberapa sahabat, beliau bertanya: �Apa kabar kalian pagi ini?' mereka menjawab: �kami tetap beriman kepada Allah.' Apa tanda iman kalian?' tanyanya, mereka pun menjawab: �kami tabah menghadapi cobaan, bersyukur atas kehidupan yang enak dan kami ridho kepada ketentuan Allah SWT.' Mendengar jawaban itu beliau bersabda: �Demi Rabb penguasa ka'bah, kalian benar-benar beriman.�

2. Bertaqwa

Allah SWT berfirman :

� (Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. Ali Imron [3] :76 )

�Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram (perjanjian Hudaibiyah) ? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. At-Taubah [9]:7 )

Para ulama mendefinisikan taqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, seorang pengemban dakwah akan senantiasa memaksa dan memacu dirinya untuk terikat dengan seluruh aturan Allah SWT (syariat Islam) dalam setiap keadaan apapun. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

�Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.� ( HR. Tirmidzi )

taqwa tidak melekat begitu saja pada seseorang. Ia lebih merupakan suatu hasil kerja terus menerus dengan amal Islami. Karenanya, taqwa perlu dibina, disuburkan dan diistiqamahkan. Kehidupan duniawi laksana seseorang yang mengendarai kuda. Bila lalai mengatur kendalinya, tak tahu kuda lari kemana dan kita bernasib bagaimana. Yang jelas kita akan tersesat dalam kondisi sesesat-sesatnya. Dalam hidup di dunia, taqwa itulah kendalinya.

Sayidina Utsman bin Affan ra pernah mengungkap lima hal penting sebagai wujud taqwa pada seseorang yaitu : suka bergaul dengan orang yang baik dalam agamanya serta dapat mengekang nafsu syahwat dan lisannya; bila ditimpah musibah keduniaan yang besar dia menganggapnya sebagai ujian; bila ditimpah urusan kecil mengenai keagamaan dia merasa untung karenanya; tidak menjejali perutnya walaupun dengan makanan yang halal karena takut tercampur dengan barang haram; dan pada pandangannya orang lain sudah berhasil membersihkan dirinya sedangkan dirinya merasa masih kotor.�

3. Berbuat Ihsan

Al Fadhil Ibn �Iyadh berkata : �Sesungguhnya sesuatu perbuatan apabila benar tetapi tidak ikhlas maka amal itu tidak diterima. Demikian pula apabila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar (showab) maka amal itupun tidak diterima, jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah, dan benar artinya sesuai dengan sunnah Rasul Allah SAW.

Dengan demikian dengan dua syarat tadi mudahlah mengukur amal kita, termasuk amal yang ihsan (baik) atau tidak

Berkaitan dengan seruan berbuat baik, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

�Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.� ( Qs. Al-Baqarah [2]: 195 )

�Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.� ( Qs. Ali Imron [3] : 134 )

Selain itu, disaat melakukan suatu perbuatan tujuannya harus betul-betul dalam rangka beribadah kepada Allah SWT; dengan seakan-akan kita melihat-Nya dan apabila kita tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kita. Inilah definisi ihsan dalam beribadah menurut Rasul SAW yang tercantum dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim. Apabila kita sudah bersikap seperti ini (ihsan) niscaya dalam setiap melakukan perbuatan akan selalu ikhlas dan benar.

Banyak sekali amal kebaikan yang dapat dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah seperti sholat, membaca Al qur'an, shaum, berhubungan dengan diri sendiri seperti berakhlakul karimah, berpakaian rapi, menjaga diri dari makanan haram, ataupun berhubungan dengan sesama manusia dalam bermuamalah dan uqubat.

Jangan sekali-kali menganggap remeh suatu amal kebaikan. Sekecil apapun lakukanlah perbuatan baik tersebut, tinggalkanlah perbuatan dosa. Ingat pula, jangan menunda-nunda amal ! Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata: � jika engkau di waktu sore janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore. Pergunakanlah sehatmu untuk beramal sebelum sakit, dan pergunakanlah hidupmu sebelum mati.�

Sementar itu, Khalifah Ali Karamaallahu Wajhah berpesan ; � jadilah kamu sebaik-baik manusia disisi Allah dan anggaplah kamu sejelek-jelek manusia menurut dirimu sendiri dan jadilah kamu orang yang berguna di Masyarakat.�

4. Selalu Sabar

Seperti halnya dalam kehidupan yang lain, dalam medan da'wah pun tidak luput dari tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Semua itu pada hakekatnya merupakan ujian. Maka sabar merupakan pakaian para pengemban dakwah dimanapun berada dan kondisi apapun yang tengah dihadapinya. Sabar tidaklah harus berarti berdiam diri melainkan harus berusaha juga sekuat tenaga untuk menghadapinya. Mereka yang tidak sabar termasuk orang yang merugi, ia akan cepat frustasi, marah-marah, stress, bahkan bisa jadi menyalahkan Allah SWT. Naudzu billahi min dzalik. Sabar bukanlah paket yang disediakan secara Inheren dalam penciptaan manusia. Sabar hanya akan ada pada mereka yang mengupayakannya. Anda dapat sabar ataukah tidak, terserah pilihan anda. Begitu pula saya atau dia. Bagi kita yang hendak menanam kesabaran diri ada beberapa pengalaman yang dapat dijadikan cermin untuk meraihnya upaya tersebut antara lain :

Pertama, pahamilah bahwa hidup ini adalah ujian. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan hidup dan mati itu merupakan ujian bagi seluruh hamba-Nya (Al-Muluk:2). Berbagai bentuk ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang muslim. Apakah itu berupa ketakutan, rasa lapar, dan kekurangan harta (Al-Baqarah:155) namun ada juga berupa perkara yang baik-baik (Al-Anfal:17). Ujian akan berakhir dengan tibanya ajal. Siapa yang siap hidup harus siap menghadapi ujian.

Kedua, sadarilah bahwa seluruh ujian yang ada, sekaligus sebagai pengecek kekuatan iman seseorang (Al-Ankabut:2). Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin banyak dan berat juga ujian hidup yang akan dialaminya. Justru, bagi seorang muslim yang mengaku beriman tetapi belum pernah diuji, mestinya bertanya pada dirinya sudah sejauh manakah kadar keimanannya. Ada seorang teman pernah ketakutan, �saya mah justru tidak akan tebal iman dan banyak taat, sebab nanti akan banyak ujian. Saya takut tidak tahan, saya tidak akan sabar menghadapi ujian, apalagi makin tinggi iman maka ujian pun semakin sulit,� ungkapnya kepada saya. Saat itu saya tidak banyak memberikan komentar. Saya hanya bercerita kepadanya. Dulu, ada orang yang mengatakan kepada saya saat masih SD bahwa ujian di SMP itu sulit. Kesulitannya jauh dibandingkan dengan ujian SD, demikian pula ujian SMU. Wah, sulit sekali, tambahnya, kesulitannya tidak bisa dibayangkan oleh tingkatan SD. Apalagi di Perguruan tinggi. �Wah, apalagi pada waktu sidang skripsi. Susah bukan main. Mana dosennya sering kali sulit ditemui, lagi�. Dan, kelak bila melanjutkan S2 lebih sulit Lagi. Bagaimana sikap anda terhadap cerita ini ? saya percaya, kita tidak akan menyimpulkan:�Wah, dari pada mendapat ujian sulit lebih baik sekolah cukup sampai SD saja. Tidak perlu SMP, apalagi SMU atau sarjana.� Benar, makin tinggi tngkat pendidikan, makin sukar ujian. Tapi, buktinya, toh tetap juga dapat dilalui dengan baik. Persoalan ujian yang berkolerasi erat dengan keimanan pun demikian. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin deras ujiannya, dan yakinlah, dia akan semakin memiliki kemampuan dan kesabaran untuk mengunggulinya seiring dengan meningginya keimanan dan ketaatan.

Ketiga, sabar itu merupakan salah satu tanda keberhasilan (Al-Imron:200). Betapa banyak kaum terdahulu yang terbinasa karena ketidak sabarannya. Orang yang tidak sabar akan suatu perkara sebenarnya telah kehilangan kesempatan untuk mengungguli perkara tersebut.

Keempat, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang sabar (Al-Imron:146)

Memang kesabaran bukanlah perkara yang mudah. Sebab, kesabaran memerlukan ketulusan dan kesungguhan tingkat tinggi. Agar berhasil memilikinya, biasakanlah dan perbanyaklah do'a: artinya � Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, dan matikanlah kami dalam keadaan muslim.� ( Qs. AL-A'raf:222 )

5. Tawakkal

Satu ciri lain orang yang dicintai Allah SWT adalah orang yang tawakkal. Kaum mukminin di perintahkan untuk menyerahkan segala urusannya (tawakkal) hanya kepada Allah SWT (Ali-Imron:122; Al-Maidah:11). Sebelum melakukan segala sesuatu, kita harus menyerahkan segala macam urusan kita kepada Allah SWT. Jadi bukan berusaha lalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan jauh-jauh sebelumnya baru berusaha menghadapi sekuat tenaga

6. Mencintai Allah SWT

Agar kita dicintai Allah SWT, kita harus mencintai-Nya. Wujud cinta kepada Allah adalah cinta kepada sesama muslim dan keras kepada orang kafir (bukan sebaliknya), siap berjihad, dan tidak takut terhadap selaan orang yang mencela. Demikian disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 54. mencintai Allah SWT dilakukan dengan cara mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala peri kehidupannya (Ali-Imron:31). Lembut terhadap sesama muslim dilakukan dengan cara mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri, tidak menyakitinya, tidak mendzaliminya, tidak mengganggu hartanya dan memelihara kehormatannya, sedangkan keras terhadap orang kafir, terutama dalam hal-hal yang menyangkut hukum islam. Tidak ada toleransi dalam beragama, yang ada kerukunan antar umat umat beragama dibawah nauangan kehidupan Islam, dimana Islamlah yang berkuasa dibumi ini. Adapun jihad merupakan perang untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Seorang pengemban dakwah harus merelakan dirinya untuk mati fi sabilillah karena diri orang mukmin telah dibeli oleh Allah SWT (At-Taubah:111). Demikian pula sang istri harus ridho melepas suami dan anak-anaknya kemedan pertempuran demi tegaknya dinul Islam saat kaum imperalis menggunakan senjata untuk memporakporandakan Islam, umat dan negeri-negerinya. Selain itu, Pengemban da'wah harus tahan terhadap celaan yang dilontarkan kepadanya karena celaan itu sebenarnya muncul dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam

7. Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa

Taubat harus menjadikan kebiasaan sehari-hari (At-Taubah:112) suatu kebahagiaan bila kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim:8). Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan dosanya, memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul �Abidin menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut. Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka ia harus beristighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta kemanfaatan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang ma'sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak dilindungi dari kesalahan ?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT. Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasannya Allah Ta'ala berfirman :� Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan oleh apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan `untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-ku paasti aku akan melindungi
Baca Selengkapnya...




Sebuah Keniscayaan

Bicara tentang kekasih, identik dengan berbicara tentang cinta. Sesuatu yang dicintai dan dikasihi, dimakhlumi sebagai kekasih. Nabiyullah Ibrahim mendapat julukan Kholilullah (Kekasih Allah), artinya beliau mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya. Cinta yang hakiki-murni-sejati adalah cinta pada Dia, Dzat Maha Suci yang secara realitas telah memberi segala yang kita rasakan sekarang. Cinta hakiki adalah cinta pada dzat yang mencintai kita.



Betapa tidak, hanya dialah yang memberikan segalanya pada kita. Tengok saja segala yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah SWT. Semua yang kita gunakan adalah milik-Nya, lalu atas dasar kasih-Nya Dia mengijinkan kita untuk menggunakan semua itu. Hakekatnya, badan, tanah, rumah, kendaraan, kekayaan, jabatan dan segala hal yang kita gunakan bukanlah milik hakiki kita. Itu adalah milik Allah SWT yang atas cinta-Nya dibolehkan untuk kita gunakan sehingga menjadi �milik' kita didunia. Bukti konkret bahwa semua itu bukan milik hakiki kita, hanya �milik' sementara saja, adalah ketika siapapun meninggal maka semua itu tidak dibawanya. Badan hancur lebur dimakan bakteri; tanah, rumah, kendaraan, dan kekayaan tidak ikut dikubur, semuanya diwariskan. Jabatan juga hanya tinggal sebutan. Satu-satunya jabatan yang melekat adalah : MAYAT

Semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Saya percaya, anda pernah berpikir mengapa anda dapat membaca buku ini ? sebab, anda punya energi yang diolah dari makanan beserta indera yang dimiliki. Padahal, proses terbentuknya energi dari makanan itu melalui suatu proses metabolisme yang canggih. Siapakah yang menjadikan proses metabolisme sejak lahir dalam diri kita ? kitakah? Bukan! Allah SWT. Dengan penuh cinta memberikannya kepada kita sejak bayi. Tanpa metabolisme, kita tak berdaya apa-apa. Organ tubuh kita dengan fungsinya masing-masing, kitakah yang membuatnya? Tentu, bukan! Allah SWT. Menciptakannya untuk kita gunakan. Kita makan nasi, siapakah yang membuat padinya? Petani ? kita, tentu, akan mengatakan : �bukan, petani hanyalah menanam�. Allah SWT. Memang sengaja menciptakan padi untuk kita makan. Dia telah berjanji memberi rizki pada setiap makhluknya. Pakaian yang kita kenakan berasal dari benang, dan benang berasal dari kapas, siapakah yang menjadikan pohon kapas? Bukan siapapun melainkan Allah SWT. Setiap apapun yang kita gunakan, terang sekali ciptakan Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun yang kita miliki dan gunakan kecuali berasal dari Allah Dzat Maha Sayang. Kita tak punya daya dan upaya tanpa Allah SWT, la hawla wa la quwwata illa billah . Semua itu merupakan wujud sifat kasih sayang Allah SWT ( Ar rahman ) yang dia berikan kepada kita.

Realitas menunujukkan tidak ada siapapun yang mencintai kita memberi segala yang kita punyai dan kita butuhkan selain Allah Pencipta kita. Kecintaan Allah SWT. Nampak begitu nyata. Bila demikian, maka sangat rasional bila saya, anda, dan siapapun ingin menjadi kekasih-Nya. Ingin menumpahkan cinta kita kepada-Nya. Kehendak menjadi kekasih Allah SWT. Dan mencurahkan kecintaan kepada-Nya sungguh merupakan keniscayaan bagi mereka yang menyadari sebagai hamba Allah Dzat Maha Pemberi.

Wujud Nyata

Wujud cinta tersebut umumnya teraplikasi setidaknya dalam tiga bentuk. Pertama, lebih mementingkan perintah kekasihnya dari pada perintah yang lain; kedua, lebih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibanding dengan yang lain; dan ketiga, lebih mementingkan mendapat keridhoan kekasihnya dari pada mendapatkan keridhoan yang lainnya. Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT sebagai kekasih sejati atau belum mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada perintah-Nya ? sudahkah selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadatan? Sudahkah mengharapkan keridhoan hanya dari-Nya? Kepada hukum Allah ataukah hukum thaghut? Jika jawabannya belum, maka tidak salah bila saat ini nurani anda bergumam: �hipokrit engkau wahai jiwaku!� sekalipun demikian, sampai sekarangpun belum terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Yakinlah, kita dapat menjadi kekasih-Nya hingga nama kita senantiasa disebut-sebut di kalangan para malaikat.

Satu hal yang penting dicatat, tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita dalam keridhoan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Inilah kiat pertama yang mutlak dilakukan:� Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi kekasih-Nya�. Katakanlah:�Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.� Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . Begitu firman Allah SWT dalam surat Ali �Imron [3] ayat 31.

Seorang muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah sepatutnyalah menjadikan cinta tertingginya untuk Allah SWT. Karena dia adalah penyebar ajaran-ajaran-Nya. Dengan demikian ia akan menjadi uswah dan qudwah bagi masyarakat obyek dakwahnya. Sulit dibayangkan seseorang mengajak orang lain untuk mencintai Allah SWT bila dia yang mengajaknya tidak menjadikan Allah SWT sebagai kekasihnya. Jadi, keimanan dan tanggung jawab ini akan mendorong setiap mukmin pengemban dakwah terus berusaha untuk mencintai sekaligus dicintai oleh Allah. Demikian pula muslim pada umumnya.

Langkah Menjadi Kekasih-Nya

Siapapun yang men- tadabburi kalamullah, akan menemukan beberapa sifat yang harus dimiliki agar menjadi hamba yang dicintai Khaliq- nya. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya :

1. Beriman

Adanya iman pada seseorang, merupakan syarat mutlak bagi hamba yang berhasrat dicintai Allah. Tanpa ini, jangan harap ada cinta dari-Nya. pada ayat 18 al-Fath, yang memberikan gambaran baiatur Ridwan, Allah menjelaskan hal tersebut. Seorang mukmin, terlebih-lebih para pengemban dakwah betul-betul memiliki keimanan yang mantap disertai dengan pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia senantiasa bergetar hatinya apabila disebut nama Allah (artinya disebut ayat-ayat Allah) sebagai lambang kerinduan kepada-Nya, bahkan iapun berusaha selalu memahami ayat-ayat Allah dengan mendalam sehingga keimanannya makin bertambah setiap dibacakan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal.� ( Qs. Al-Anfaal [8]:2 )

penampakan keimanan yang lainnya, ia senantiasa khusyu' dalam sholatnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

� (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.� ( Qs. Al-Mukminuun[23] : 2 )

saat melakukan sholat, pikirannya tertuju pada makna bacaan, lidahnya membaca dan hatinya menghayati apa yang dibacanya itu. Ia dapat khusyu' seperti ini karena betul-betul meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan ia pun yakin bahwa ia pasti akan kembali dan bertemu dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.� ( Qs. Al-Baqarah [2] : 46 )

Keimanan yang seperti ini akan juga membuahkan amal-amal yang menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna. Sebagaimana firman Allah SWT:

� Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.� ( Qs. Al-Mukminuun[23]:3 )

Demikian pula ia mengeluarkan zakat, menjaga arji- nya dari berzina, selalu memegang teguh dan menyampaikan amanat, menepati janji, dan selalu menjaga sholatnya agar tidak terbengkalai. Sebagaimana firman Allah SWT :

�Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan sembahyangnya.�( Qs. Al-Mukminun [23]:4-9 )

Dalam kitab Nashooihul �Ibad, Ibnu Hajar al-Atsqolani mengutip sebuah hadist Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tanda-tanda keimanan :

�Suatu hari Rasulullah berjumpa dengan beberapa sahabat, beliau bertanya: �Apa kabar kalian pagi ini?' mereka menjawab: �kami tetap beriman kepada Allah.' Apa tanda iman kalian?' tanyanya, mereka pun menjawab: �kami tabah menghadapi cobaan, bersyukur atas kehidupan yang enak dan kami ridho kepada ketentuan Allah SWT.' Mendengar jawaban itu beliau bersabda: �Demi Rabb penguasa ka'bah, kalian benar-benar beriman.�

2. Bertaqwa

Allah SWT berfirman :

� (Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. Ali Imron [3] :76 )

�Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram (perjanjian Hudaibiyah) ? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. At-Taubah [9]:7 )

Para ulama mendefinisikan taqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, seorang pengemban dakwah akan senantiasa memaksa dan memacu dirinya untuk terikat dengan seluruh aturan Allah SWT (syariat Islam) dalam setiap keadaan apapun. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

�Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.� ( HR. Tirmidzi )

taqwa tidak melekat begitu saja pada seseorang. Ia lebih merupakan suatu hasil kerja terus menerus dengan amal Islami. Karenanya, taqwa perlu dibina, disuburkan dan diistiqamahkan. Kehidupan duniawi laksana seseorang yang mengendarai kuda. Bila lalai mengatur kendalinya, tak tahu kuda lari kemana dan kita bernasib bagaimana. Yang jelas kita akan tersesat dalam kondisi sesesat-sesatnya. Dalam hidup di dunia, taqwa itulah kendalinya.

Sayidina Utsman bin Affan ra pernah mengungkap lima hal penting sebagai wujud taqwa pada seseorang yaitu : suka bergaul dengan orang yang baik dalam agamanya serta dapat mengekang nafsu syahwat dan lisannya; bila ditimpah musibah keduniaan yang besar dia menganggapnya sebagai ujian; bila ditimpah urusan kecil mengenai keagamaan dia merasa untung karenanya; tidak menjejali perutnya walaupun dengan makanan yang halal karena takut tercampur dengan barang haram; dan pada pandangannya orang lain sudah berhasil membersihkan dirinya sedangkan dirinya merasa masih kotor.�

3. Berbuat Ihsan

Al Fadhil Ibn �Iyadh berkata : �Sesungguhnya sesuatu perbuatan apabila benar tetapi tidak ikhlas maka amal itu tidak diterima. Demikian pula apabila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar (showab) maka amal itupun tidak diterima, jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah, dan benar artinya sesuai dengan sunnah Rasul Allah SAW.

Dengan demikian dengan dua syarat tadi mudahlah mengukur amal kita, termasuk amal yang ihsan (baik) atau tidak

Berkaitan dengan seruan berbuat baik, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

�Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.� ( Qs. Al-Baqarah [2]: 195 )

�Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.� ( Qs. Ali Imron [3] : 134 )

Selain itu, disaat melakukan suatu perbuatan tujuannya harus betul-betul dalam rangka beribadah kepada Allah SWT; dengan seakan-akan kita melihat-Nya dan apabila kita tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kita. Inilah definisi ihsan dalam beribadah menurut Rasul SAW yang tercantum dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim. Apabila kita sudah bersikap seperti ini (ihsan) niscaya dalam setiap melakukan perbuatan akan selalu ikhlas dan benar.

Banyak sekali amal kebaikan yang dapat dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah seperti sholat, membaca Al qur'an, shaum, berhubungan dengan diri sendiri seperti berakhlakul karimah, berpakaian rapi, menjaga diri dari makanan haram, ataupun berhubungan dengan sesama manusia dalam bermuamalah dan uqubat.

Jangan sekali-kali menganggap remeh suatu amal kebaikan. Sekecil apapun lakukanlah perbuatan baik tersebut, tinggalkanlah perbuatan dosa. Ingat pula, jangan menunda-nunda amal ! Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata: � jika engkau di waktu sore janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore. Pergunakanlah sehatmu untuk beramal sebelum sakit, dan pergunakanlah hidupmu sebelum mati.�

Sementar itu, Khalifah Ali Karamaallahu Wajhah berpesan ; � jadilah kamu sebaik-baik manusia disisi Allah dan anggaplah kamu sejelek-jelek manusia menurut dirimu sendiri dan jadilah kamu orang yang berguna di Masyarakat.�

4. Selalu Sabar

Seperti halnya dalam kehidupan yang lain, dalam medan da'wah pun tidak luput dari tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Semua itu pada hakekatnya merupakan ujian. Maka sabar merupakan pakaian para pengemban dakwah dimanapun berada dan kondisi apapun yang tengah dihadapinya. Sabar tidaklah harus berarti berdiam diri melainkan harus berusaha juga sekuat tenaga untuk menghadapinya. Mereka yang tidak sabar termasuk orang yang merugi, ia akan cepat frustasi, marah-marah, stress, bahkan bisa jadi menyalahkan Allah SWT. Naudzu billahi min dzalik. Sabar bukanlah paket yang disediakan secara Inheren dalam penciptaan manusia. Sabar hanya akan ada pada mereka yang mengupayakannya. Anda dapat sabar ataukah tidak, terserah pilihan anda. Begitu pula saya atau dia. Bagi kita yang hendak menanam kesabaran diri ada beberapa pengalaman yang dapat dijadikan cermin untuk meraihnya upaya tersebut antara lain :

Pertama, pahamilah bahwa hidup ini adalah ujian. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan hidup dan mati itu merupakan ujian bagi seluruh hamba-Nya (Al-Muluk:2). Berbagai bentuk ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang muslim. Apakah itu berupa ketakutan, rasa lapar, dan kekurangan harta (Al-Baqarah:155) namun ada juga berupa perkara yang baik-baik (Al-Anfal:17). Ujian akan berakhir dengan tibanya ajal. Siapa yang siap hidup harus siap menghadapi ujian.

Kedua, sadarilah bahwa seluruh ujian yang ada, sekaligus sebagai pengecek kekuatan iman seseorang (Al-Ankabut:2). Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin banyak dan berat juga ujian hidup yang akan dialaminya. Justru, bagi seorang muslim yang mengaku beriman tetapi belum pernah diuji, mestinya bertanya pada dirinya sudah sejauh manakah kadar keimanannya. Ada seorang teman pernah ketakutan, �saya mah justru tidak akan tebal iman dan banyak taat, sebab nanti akan banyak ujian. Saya takut tidak tahan, saya tidak akan sabar menghadapi ujian, apalagi makin tinggi iman maka ujian pun semakin sulit,� ungkapnya kepada saya. Saat itu saya tidak banyak memberikan komentar. Saya hanya bercerita kepadanya. Dulu, ada orang yang mengatakan kepada saya saat masih SD bahwa ujian di SMP itu sulit. Kesulitannya jauh dibandingkan dengan ujian SD, demikian pula ujian SMU. Wah, sulit sekali, tambahnya, kesulitannya tidak bisa dibayangkan oleh tingkatan SD. Apalagi di Perguruan tinggi. �Wah, apalagi pada waktu sidang skripsi. Susah bukan main. Mana dosennya sering kali sulit ditemui, lagi�. Dan, kelak bila melanjutkan S2 lebih sulit Lagi. Bagaimana sikap anda terhadap cerita ini ? saya percaya, kita tidak akan menyimpulkan:�Wah, dari pada mendapat ujian sulit lebih baik sekolah cukup sampai SD saja. Tidak perlu SMP, apalagi SMU atau sarjana.� Benar, makin tinggi tngkat pendidikan, makin sukar ujian. Tapi, buktinya, toh tetap juga dapat dilalui dengan baik. Persoalan ujian yang berkolerasi erat dengan keimanan pun demikian. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin deras ujiannya, dan yakinlah, dia akan semakin memiliki kemampuan dan kesabaran untuk mengunggulinya seiring dengan meningginya keimanan dan ketaatan.

Ketiga, sabar itu merupakan salah satu tanda keberhasilan (Al-Imron:200). Betapa banyak kaum terdahulu yang terbinasa karena ketidak sabarannya. Orang yang tidak sabar akan suatu perkara sebenarnya telah kehilangan kesempatan untuk mengungguli perkara tersebut.

Keempat, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang sabar (Al-Imron:146)

Memang kesabaran bukanlah perkara yang mudah. Sebab, kesabaran memerlukan ketulusan dan kesungguhan tingkat tinggi. Agar berhasil memilikinya, biasakanlah dan perbanyaklah do'a: artinya � Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, dan matikanlah kami dalam keadaan muslim.� ( Qs. AL-A'raf:222 )

5. Tawakkal

Satu ciri lain orang yang dicintai Allah SWT adalah orang yang tawakkal. Kaum mukminin di perintahkan untuk menyerahkan segala urusannya (tawakkal) hanya kepada Allah SWT (Ali-Imron:122; Al-Maidah:11). Sebelum melakukan segala sesuatu, kita harus menyerahkan segala macam urusan kita kepada Allah SWT. Jadi bukan berusaha lalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan jauh-jauh sebelumnya baru berusaha menghadapi sekuat tenaga

6. Mencintai Allah SWT

Agar kita dicintai Allah SWT, kita harus mencintai-Nya. Wujud cinta kepada Allah adalah cinta kepada sesama muslim dan keras kepada orang kafir (bukan sebaliknya), siap berjihad, dan tidak takut terhadap selaan orang yang mencela. Demikian disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 54. mencintai Allah SWT dilakukan dengan cara mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala peri kehidupannya (Ali-Imron:31). Lembut terhadap sesama muslim dilakukan dengan cara mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri, tidak menyakitinya, tidak mendzaliminya, tidak mengganggu hartanya dan memelihara kehormatannya, sedangkan keras terhadap orang kafir, terutama dalam hal-hal yang menyangkut hukum islam. Tidak ada toleransi dalam beragama, yang ada kerukunan antar umat umat beragama dibawah nauangan kehidupan Islam, dimana Islamlah yang berkuasa dibumi ini. Adapun jihad merupakan perang untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Seorang pengemban dakwah harus merelakan dirinya untuk mati fi sabilillah karena diri orang mukmin telah dibeli oleh Allah SWT (At-Taubah:111). Demikian pula sang istri harus ridho melepas suami dan anak-anaknya kemedan pertempuran demi tegaknya dinul Islam saat kaum imperalis menggunakan senjata untuk memporakporandakan Islam, umat dan negeri-negerinya. Selain itu, Pengemban da'wah harus tahan terhadap celaan yang dilontarkan kepadanya karena celaan itu sebenarnya muncul dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam

7. Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa

Taubat harus menjadikan kebiasaan sehari-hari (At-Taubah:112) suatu kebahagiaan bila kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim:8). Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan dosanya, memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul �Abidin menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut. Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka ia harus beristighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta kemanfaatan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang ma'sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak dilindungi dari kesalahan ?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT. Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasannya Allah Ta'ala berfirman :� Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan oleh apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan `untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-ku paasti aku akan melindungi




Sebuah Keniscayaan

Bicara tentang kekasih, identik dengan berbicara tentang cinta. Sesuatu yang dicintai dan dikasihi, dimakhlumi sebagai kekasih. Nabiyullah Ibrahim mendapat julukan Kholilullah (Kekasih Allah), artinya beliau mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya. Cinta yang hakiki-murni-sejati adalah cinta pada Dia, Dzat Maha Suci yang secara realitas telah memberi segala yang kita rasakan sekarang. Cinta hakiki adalah cinta pada dzat yang mencintai kita.



Betapa tidak, hanya dialah yang memberikan segalanya pada kita. Tengok saja segala yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah SWT. Semua yang kita gunakan adalah milik-Nya, lalu atas dasar kasih-Nya Dia mengijinkan kita untuk menggunakan semua itu. Hakekatnya, badan, tanah, rumah, kendaraan, kekayaan, jabatan dan segala hal yang kita gunakan bukanlah milik hakiki kita. Itu adalah milik Allah SWT yang atas cinta-Nya dibolehkan untuk kita gunakan sehingga menjadi �milik' kita didunia. Bukti konkret bahwa semua itu bukan milik hakiki kita, hanya �milik' sementara saja, adalah ketika siapapun meninggal maka semua itu tidak dibawanya. Badan hancur lebur dimakan bakteri; tanah, rumah, kendaraan, dan kekayaan tidak ikut dikubur, semuanya diwariskan. Jabatan juga hanya tinggal sebutan. Satu-satunya jabatan yang melekat adalah : MAYAT

Semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Saya percaya, anda pernah berpikir mengapa anda dapat membaca buku ini ? sebab, anda punya energi yang diolah dari makanan beserta indera yang dimiliki. Padahal, proses terbentuknya energi dari makanan itu melalui suatu proses metabolisme yang canggih. Siapakah yang menjadikan proses metabolisme sejak lahir dalam diri kita ? kitakah? Bukan! Allah SWT. Dengan penuh cinta memberikannya kepada kita sejak bayi. Tanpa metabolisme, kita tak berdaya apa-apa. Organ tubuh kita dengan fungsinya masing-masing, kitakah yang membuatnya? Tentu, bukan! Allah SWT. Menciptakannya untuk kita gunakan. Kita makan nasi, siapakah yang membuat padinya? Petani ? kita, tentu, akan mengatakan : �bukan, petani hanyalah menanam�. Allah SWT. Memang sengaja menciptakan padi untuk kita makan. Dia telah berjanji memberi rizki pada setiap makhluknya. Pakaian yang kita kenakan berasal dari benang, dan benang berasal dari kapas, siapakah yang menjadikan pohon kapas? Bukan siapapun melainkan Allah SWT. Setiap apapun yang kita gunakan, terang sekali ciptakan Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun yang kita miliki dan gunakan kecuali berasal dari Allah Dzat Maha Sayang. Kita tak punya daya dan upaya tanpa Allah SWT, la hawla wa la quwwata illa billah . Semua itu merupakan wujud sifat kasih sayang Allah SWT ( Ar rahman ) yang dia berikan kepada kita.

Realitas menunujukkan tidak ada siapapun yang mencintai kita memberi segala yang kita punyai dan kita butuhkan selain Allah Pencipta kita. Kecintaan Allah SWT. Nampak begitu nyata. Bila demikian, maka sangat rasional bila saya, anda, dan siapapun ingin menjadi kekasih-Nya. Ingin menumpahkan cinta kita kepada-Nya. Kehendak menjadi kekasih Allah SWT. Dan mencurahkan kecintaan kepada-Nya sungguh merupakan keniscayaan bagi mereka yang menyadari sebagai hamba Allah Dzat Maha Pemberi.

Wujud Nyata

Wujud cinta tersebut umumnya teraplikasi setidaknya dalam tiga bentuk. Pertama, lebih mementingkan perintah kekasihnya dari pada perintah yang lain; kedua, lebih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibanding dengan yang lain; dan ketiga, lebih mementingkan mendapat keridhoan kekasihnya dari pada mendapatkan keridhoan yang lainnya. Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT sebagai kekasih sejati atau belum mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada perintah-Nya ? sudahkah selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadatan? Sudahkah mengharapkan keridhoan hanya dari-Nya? Kepada hukum Allah ataukah hukum thaghut? Jika jawabannya belum, maka tidak salah bila saat ini nurani anda bergumam: �hipokrit engkau wahai jiwaku!� sekalipun demikian, sampai sekarangpun belum terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Yakinlah, kita dapat menjadi kekasih-Nya hingga nama kita senantiasa disebut-sebut di kalangan para malaikat.

Satu hal yang penting dicatat, tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita dalam keridhoan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Inilah kiat pertama yang mutlak dilakukan:� Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi kekasih-Nya�. Katakanlah:�Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.� Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . Begitu firman Allah SWT dalam surat Ali �Imron [3] ayat 31.

Seorang muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah sepatutnyalah menjadikan cinta tertingginya untuk Allah SWT. Karena dia adalah penyebar ajaran-ajaran-Nya. Dengan demikian ia akan menjadi uswah dan qudwah bagi masyarakat obyek dakwahnya. Sulit dibayangkan seseorang mengajak orang lain untuk mencintai Allah SWT bila dia yang mengajaknya tidak menjadikan Allah SWT sebagai kekasihnya. Jadi, keimanan dan tanggung jawab ini akan mendorong setiap mukmin pengemban dakwah terus berusaha untuk mencintai sekaligus dicintai oleh Allah. Demikian pula muslim pada umumnya.

Langkah Menjadi Kekasih-Nya

Siapapun yang men- tadabburi kalamullah, akan menemukan beberapa sifat yang harus dimiliki agar menjadi hamba yang dicintai Khaliq- nya. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya :

1. Beriman

Adanya iman pada seseorang, merupakan syarat mutlak bagi hamba yang berhasrat dicintai Allah. Tanpa ini, jangan harap ada cinta dari-Nya. pada ayat 18 al-Fath, yang memberikan gambaran baiatur Ridwan, Allah menjelaskan hal tersebut. Seorang mukmin, terlebih-lebih para pengemban dakwah betul-betul memiliki keimanan yang mantap disertai dengan pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia senantiasa bergetar hatinya apabila disebut nama Allah (artinya disebut ayat-ayat Allah) sebagai lambang kerinduan kepada-Nya, bahkan iapun berusaha selalu memahami ayat-ayat Allah dengan mendalam sehingga keimanannya makin bertambah setiap dibacakan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal.� ( Qs. Al-Anfaal [8]:2 )

penampakan keimanan yang lainnya, ia senantiasa khusyu' dalam sholatnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

� (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.� ( Qs. Al-Mukminuun[23] : 2 )

saat melakukan sholat, pikirannya tertuju pada makna bacaan, lidahnya membaca dan hatinya menghayati apa yang dibacanya itu. Ia dapat khusyu' seperti ini karena betul-betul meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan ia pun yakin bahwa ia pasti akan kembali dan bertemu dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.� ( Qs. Al-Baqarah [2] : 46 )

Keimanan yang seperti ini akan juga membuahkan amal-amal yang menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna. Sebagaimana firman Allah SWT:

� Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.� ( Qs. Al-Mukminuun[23]:3 )

Demikian pula ia mengeluarkan zakat, menjaga arji- nya dari berzina, selalu memegang teguh dan menyampaikan amanat, menepati janji, dan selalu menjaga sholatnya agar tidak terbengkalai. Sebagaimana firman Allah SWT :

�Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan sembahyangnya.�( Qs. Al-Mukminun [23]:4-9 )

Dalam kitab Nashooihul �Ibad, Ibnu Hajar al-Atsqolani mengutip sebuah hadist Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tanda-tanda keimanan :

�Suatu hari Rasulullah berjumpa dengan beberapa sahabat, beliau bertanya: �Apa kabar kalian pagi ini?' mereka menjawab: �kami tetap beriman kepada Allah.' Apa tanda iman kalian?' tanyanya, mereka pun menjawab: �kami tabah menghadapi cobaan, bersyukur atas kehidupan yang enak dan kami ridho kepada ketentuan Allah SWT.' Mendengar jawaban itu beliau bersabda: �Demi Rabb penguasa ka'bah, kalian benar-benar beriman.�

2. Bertaqwa

Allah SWT berfirman :

� (Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. Ali Imron [3] :76 )

�Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram (perjanjian Hudaibiyah) ? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. At-Taubah [9]:7 )

Para ulama mendefinisikan taqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, seorang pengemban dakwah akan senantiasa memaksa dan memacu dirinya untuk terikat dengan seluruh aturan Allah SWT (syariat Islam) dalam setiap keadaan apapun. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

�Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.� ( HR. Tirmidzi )

taqwa tidak melekat begitu saja pada seseorang. Ia lebih merupakan suatu hasil kerja terus menerus dengan amal Islami. Karenanya, taqwa perlu dibina, disuburkan dan diistiqamahkan. Kehidupan duniawi laksana seseorang yang mengendarai kuda. Bila lalai mengatur kendalinya, tak tahu kuda lari kemana dan kita bernasib bagaimana. Yang jelas kita akan tersesat dalam kondisi sesesat-sesatnya. Dalam hidup di dunia, taqwa itulah kendalinya.

Sayidina Utsman bin Affan ra pernah mengungkap lima hal penting sebagai wujud taqwa pada seseorang yaitu : suka bergaul dengan orang yang baik dalam agamanya serta dapat mengekang nafsu syahwat dan lisannya; bila ditimpah musibah keduniaan yang besar dia menganggapnya sebagai ujian; bila ditimpah urusan kecil mengenai keagamaan dia merasa untung karenanya; tidak menjejali perutnya walaupun dengan makanan yang halal karena takut tercampur dengan barang haram; dan pada pandangannya orang lain sudah berhasil membersihkan dirinya sedangkan dirinya merasa masih kotor.�

3. Berbuat Ihsan

Al Fadhil Ibn �Iyadh berkata : �Sesungguhnya sesuatu perbuatan apabila benar tetapi tidak ikhlas maka amal itu tidak diterima. Demikian pula apabila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar (showab) maka amal itupun tidak diterima, jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah, dan benar artinya sesuai dengan sunnah Rasul Allah SAW.

Dengan demikian dengan dua syarat tadi mudahlah mengukur amal kita, termasuk amal yang ihsan (baik) atau tidak

Berkaitan dengan seruan berbuat baik, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

�Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.� ( Qs. Al-Baqarah [2]: 195 )

�Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.� ( Qs. Ali Imron [3] : 134 )

Selain itu, disaat melakukan suatu perbuatan tujuannya harus betul-betul dalam rangka beribadah kepada Allah SWT; dengan seakan-akan kita melihat-Nya dan apabila kita tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kita. Inilah definisi ihsan dalam beribadah menurut Rasul SAW yang tercantum dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim. Apabila kita sudah bersikap seperti ini (ihsan) niscaya dalam setiap melakukan perbuatan akan selalu ikhlas dan benar.

Banyak sekali amal kebaikan yang dapat dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah seperti sholat, membaca Al qur'an, shaum, berhubungan dengan diri sendiri seperti berakhlakul karimah, berpakaian rapi, menjaga diri dari makanan haram, ataupun berhubungan dengan sesama manusia dalam bermuamalah dan uqubat.

Jangan sekali-kali menganggap remeh suatu amal kebaikan. Sekecil apapun lakukanlah perbuatan baik tersebut, tinggalkanlah perbuatan dosa. Ingat pula, jangan menunda-nunda amal ! Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata: � jika engkau di waktu sore janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore. Pergunakanlah sehatmu untuk beramal sebelum sakit, dan pergunakanlah hidupmu sebelum mati.�

Sementar itu, Khalifah Ali Karamaallahu Wajhah berpesan ; � jadilah kamu sebaik-baik manusia disisi Allah dan anggaplah kamu sejelek-jelek manusia menurut dirimu sendiri dan jadilah kamu orang yang berguna di Masyarakat.�

4. Selalu Sabar

Seperti halnya dalam kehidupan yang lain, dalam medan da'wah pun tidak luput dari tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Semua itu pada hakekatnya merupakan ujian. Maka sabar merupakan pakaian para pengemban dakwah dimanapun berada dan kondisi apapun yang tengah dihadapinya. Sabar tidaklah harus berarti berdiam diri melainkan harus berusaha juga sekuat tenaga untuk menghadapinya. Mereka yang tidak sabar termasuk orang yang merugi, ia akan cepat frustasi, marah-marah, stress, bahkan bisa jadi menyalahkan Allah SWT. Naudzu billahi min dzalik. Sabar bukanlah paket yang disediakan secara Inheren dalam penciptaan manusia. Sabar hanya akan ada pada mereka yang mengupayakannya. Anda dapat sabar ataukah tidak, terserah pilihan anda. Begitu pula saya atau dia. Bagi kita yang hendak menanam kesabaran diri ada beberapa pengalaman yang dapat dijadikan cermin untuk meraihnya upaya tersebut antara lain :

Pertama, pahamilah bahwa hidup ini adalah ujian. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan hidup dan mati itu merupakan ujian bagi seluruh hamba-Nya (Al-Muluk:2). Berbagai bentuk ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang muslim. Apakah itu berupa ketakutan, rasa lapar, dan kekurangan harta (Al-Baqarah:155) namun ada juga berupa perkara yang baik-baik (Al-Anfal:17). Ujian akan berakhir dengan tibanya ajal. Siapa yang siap hidup harus siap menghadapi ujian.

Kedua, sadarilah bahwa seluruh ujian yang ada, sekaligus sebagai pengecek kekuatan iman seseorang (Al-Ankabut:2). Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin banyak dan berat juga ujian hidup yang akan dialaminya. Justru, bagi seorang muslim yang mengaku beriman tetapi belum pernah diuji, mestinya bertanya pada dirinya sudah sejauh manakah kadar keimanannya. Ada seorang teman pernah ketakutan, �saya mah justru tidak akan tebal iman dan banyak taat, sebab nanti akan banyak ujian. Saya takut tidak tahan, saya tidak akan sabar menghadapi ujian, apalagi makin tinggi iman maka ujian pun semakin sulit,� ungkapnya kepada saya. Saat itu saya tidak banyak memberikan komentar. Saya hanya bercerita kepadanya. Dulu, ada orang yang mengatakan kepada saya saat masih SD bahwa ujian di SMP itu sulit. Kesulitannya jauh dibandingkan dengan ujian SD, demikian pula ujian SMU. Wah, sulit sekali, tambahnya, kesulitannya tidak bisa dibayangkan oleh tingkatan SD. Apalagi di Perguruan tinggi. �Wah, apalagi pada waktu sidang skripsi. Susah bukan main. Mana dosennya sering kali sulit ditemui, lagi�. Dan, kelak bila melanjutkan S2 lebih sulit Lagi. Bagaimana sikap anda terhadap cerita ini ? saya percaya, kita tidak akan menyimpulkan:�Wah, dari pada mendapat ujian sulit lebih baik sekolah cukup sampai SD saja. Tidak perlu SMP, apalagi SMU atau sarjana.� Benar, makin tinggi tngkat pendidikan, makin sukar ujian. Tapi, buktinya, toh tetap juga dapat dilalui dengan baik. Persoalan ujian yang berkolerasi erat dengan keimanan pun demikian. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin deras ujiannya, dan yakinlah, dia akan semakin memiliki kemampuan dan kesabaran untuk mengunggulinya seiring dengan meningginya keimanan dan ketaatan.

Ketiga, sabar itu merupakan salah satu tanda keberhasilan (Al-Imron:200). Betapa banyak kaum terdahulu yang terbinasa karena ketidak sabarannya. Orang yang tidak sabar akan suatu perkara sebenarnya telah kehilangan kesempatan untuk mengungguli perkara tersebut.

Keempat, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang sabar (Al-Imron:146)

Memang kesabaran bukanlah perkara yang mudah. Sebab, kesabaran memerlukan ketulusan dan kesungguhan tingkat tinggi. Agar berhasil memilikinya, biasakanlah dan perbanyaklah do'a: artinya � Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, dan matikanlah kami dalam keadaan muslim.� ( Qs. AL-A'raf:222 )

5. Tawakkal

Satu ciri lain orang yang dicintai Allah SWT adalah orang yang tawakkal. Kaum mukminin di perintahkan untuk menyerahkan segala urusannya (tawakkal) hanya kepada Allah SWT (Ali-Imron:122; Al-Maidah:11). Sebelum melakukan segala sesuatu, kita harus menyerahkan segala macam urusan kita kepada Allah SWT. Jadi bukan berusaha lalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan jauh-jauh sebelumnya baru berusaha menghadapi sekuat tenaga

6. Mencintai Allah SWT

Agar kita dicintai Allah SWT, kita harus mencintai-Nya. Wujud cinta kepada Allah adalah cinta kepada sesama muslim dan keras kepada orang kafir (bukan sebaliknya), siap berjihad, dan tidak takut terhadap selaan orang yang mencela. Demikian disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 54. mencintai Allah SWT dilakukan dengan cara mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala peri kehidupannya (Ali-Imron:31). Lembut terhadap sesama muslim dilakukan dengan cara mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri, tidak menyakitinya, tidak mendzaliminya, tidak mengganggu hartanya dan memelihara kehormatannya, sedangkan keras terhadap orang kafir, terutama dalam hal-hal yang menyangkut hukum islam. Tidak ada toleransi dalam beragama, yang ada kerukunan antar umat umat beragama dibawah nauangan kehidupan Islam, dimana Islamlah yang berkuasa dibumi ini. Adapun jihad merupakan perang untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Seorang pengemban dakwah harus merelakan dirinya untuk mati fi sabilillah karena diri orang mukmin telah dibeli oleh Allah SWT (At-Taubah:111). Demikian pula sang istri harus ridho melepas suami dan anak-anaknya kemedan pertempuran demi tegaknya dinul Islam saat kaum imperalis menggunakan senjata untuk memporakporandakan Islam, umat dan negeri-negerinya. Selain itu, Pengemban da'wah harus tahan terhadap celaan yang dilontarkan kepadanya karena celaan itu sebenarnya muncul dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam

7. Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa

Taubat harus menjadikan kebiasaan sehari-hari (At-Taubah:112) suatu kebahagiaan bila kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim:8). Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan dosanya, memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul �Abidin menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut. Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka ia harus beristighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta kemanfaatan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang ma'sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak dilindungi dari kesalahan ?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT. Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasannya Allah Ta'ala berfirman :� Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan oleh apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan `untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-ku paasti aku akan melindungi
Baca Selengkapnya...

my heart





Baca Selengkapnya...









Baca Selengkapnya...

Kurangnya Ilmu Agama



Hawa nafsu suka kebodohan, kemalasan jauhkan seseorang daripada Islam

APABILA Allah menghendaki kebaikan pada diri manusia, maka Dia akan menitiskan ke dalam hati mereka satu semangat cintakan ilmu-Nya. Dengan ilmu itu manusia mengerti mengenai dirinya, baik kelebihan, mahupun kelemahannya. Ilmu juga menunjukkannya jalan yang benar dan menasihati hati untuk tidak mengambil jalan salah.

Al-Imam Ibnu al-Jauzi menulis mengenai keutamaan ilmu dalam kitab Shaydul Khatir: “Ilmu sudah membawa diriku menuju pengetahuan mengenai Sang Pencipta dan ilmu menyuruhku untuk berbakti kepada-Nya. Maka aku pun tunduk di hadapan kekuasaan-Nya seraya melihat sifat-Nya. Hatiku juga berasa getaran kebesaran-Nya sehingga aku tertunduk malu kerana cinta kepada-Nya. Ilmu juga yang menggerakkan aku untuk sentiasa berada dekat ke riba-Nya dan menolong aku mencapai ketinggian ubudiyah kepada-Nya. Aku hanyut dalam kebesaran-Nya setiap kali mengingati-Nya dalam zikirku. Saat menyendiri adalah saat ibadahku untuk-Nya. Apabila terdetik hatiku mahu meninggalkan ilmu, ia berkata: Apakah kamu mahu berpaling dariku, padahal akulah yang menjadi petunjuk jalanmu sehingga kamu mengenal Allah? Aku pun menjawab: Sesungguhnya engkaulah penunjuk jalan, tetapi aku sudah sampai ke destinasi, masihkah aku memerlukan petunjuk jalan? Ilmu berkata lagi kepadaku: Oh, tidak! Setiap kali bekalmu bertambah, akan bertambah pula pengetahuanmu mengenai Kekasihmu dan kamu semakin faham bagaimana cara mendekati-Nya. Esok kamu akan tahu sebenarnya hari ini kamu masih banyak menyimpan kekurangan. Tidakkah kamu mendengar firman-Nya kepada Nabi SAW: Katakanlah (Wahai Muhammad) Oh Tuhanku, tambahkanlah ilmuku.” (Surah Taha, ayat 14)

Jika hati sudah berpaling daripada ilmu, ia akan disibukkan yang selain daripada-Nya. Saat itu anda kehilangan kemanisan bermunajat kepada Allah, itulah azab yang paling dahsyat dalam kehidupan seorang hamba.

Ilmu mengenai Islam bukan milik pelajar yang mengambil aliran agama saja. Ilmu Islam bukan terbatas hak milik ustaz dan ustazah saja. Al-Quran diturunkan bukan untuk kalangan hamba yang belajar agama, sementara orang kebanyakan tidak berhak mempelajarinya.

Maka, yang duduk di masjid ialah hanya pesara, orang yang pernah berkaitan dengan sekolah agama atau pondok, anak dan cucu imam saja.

Ramai lagi yang belum bersedia belajar mengenai Islam, bahkan mungkin tidak tergerak pun mahu menghayati agama yang diwariskan dari zaman berzaman. Bagi mereka cukuplah kiranya agama Islam itu hanya mengucap syahadat dan setahun sekali berasakan hari raya.

Semudah itukah sebenarnya agama yang perlu difahami dan diamalkan?

Hakikatnya, perkara yang menjauhkan seseorang daripada Islam ialah hawa nafsunya yang suka kepada kebodohan dan kemalasan, diperhamba oleh syahwatnya sendiri, condong kepada kejahatan dan termakan pujuk rayu syaitan. Hingga suatu masa, Allah membersihkan diri mereka daripada palitan kebusukan hawa nafsu yang menjijikkan itu.

Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar, sekiranya tidaklah kerana kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, nescaya tidak seorangpun daripada kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surah al-Nuur, ayat 21)

Ayat itu menegaskan cara Allah menyelamatkan manusia daripada kejahatan diri sendiri, iaitu Allah membersihkan mereka dengan kurnia-Nya yang berupa hidayah dan ilmu, ditambah lagi dengan turunnya rahmat supaya manusia tidak tenggelam di lautan kekejian dan kemungkaran.

Hidup tanpa ilmu Islam umpama badan tanpa roh. Tegasnya, jiwa manusia boleh mati disebabkan kekeringan ilmu agama. Akhirnya yang berjalan itu hanyalah makhluk manusia tanpa perasaan, hati dan arah tuju yang jelas.

Mahu ke mana dia melangkah? Di mana tempat berhenti dan destinasi yang terakhir? Langkah sekadar mengikuti kelazatan syahwatnya sendiri. Maka, ramai mengadu tidak pernah berasakan kepuasan, walaupun sudah berada di puncak kejayaan dalam kariernya, tetapi pada masa sama ramai tidak peduli naluri mereka yang sebenarnya haus akan sentuhan hidayah Allah.

Naluri manusia perlukan Allah. Mereka tidak mungkin mencapai-Nya melainkan dengan ilmu Islam. Tetapi sayang, ramai yang menunda masa untuk belajar. Tunggu pergi haji atau pencen nanti, nak Islam jika perlu untuk uruskan orang mati, kenduri tahlil, majlis makan dan doa selamat.

Islam seolah-olah hanya suatu simbol untuk sekadar membaca doa pada majlis keramaian, balik rumah nanti masing-masing dengan perangainya yang bercanggah nilai Islam. Islam itu ilmu, memeluk Islam bererti meletakkan komitmen belajar melebihi komitmen yang lain.

Sahabat Baginda SAW terdiri daripada pelbagai golongan, mereka bekerja sebagai peniaga dan petani yang berjaya. Islam sudah membuktikan semakin mereka mencintai ilmu, beriman dan berjuang untuk Islam semakin terbuka lebar pintu dunia boleh ditakluki.

Kurang daripada 50 tahun selepas kewafatan Rasulullah SAW, Islam sampai di Afrika Utara hingga Asia. Siapa kata orang yang berpegang kepada agama tidak boleh memimpin dunia?

Tetapi, kini generasi baru ada yang percaya konsep jika mahu berjaya pisahkan diri daripada Islam. Jangan campurkan urusan dunia dengan Islam. Akibatnya ilmu agama kehilangan peminatnya dan agama tidak dijadikan pegangan hidup. Ia hanya sekadar simbol rasmi milik masyarakat turun temurun.

Akhirnya yang lahir adalah generasi buta agama, tidak mesra al-Quran, alahan apabila mendengar hadis dibaca. Yang paling teruk ialah menaruh rasa curiga dan permusuhan apabila ada seseorang yang mahu menegakkan Islam. Mereka percaya, Islam menghalang kemajuan.

Puncanya kerana dari kecil hingga dewasa hatinya tidak tersentuh dengan ilmu Islam. Mereka hanya belajar bagaimana menguasai dunia, tetapi tidak tahu bagaimana menundukkan jiwa, mereka belajar memakmurkan bumi, tetapi jahil mengenai Tuhan yang Maha Menguasai langit dan bumi. Mereka tidak kenal agama melainkan kulitnya saja, bahkan condong kepada fahaman buatan manusia.

Prof Dr Hamka pernah mengingatkan pemuda yang dipengaruhi fahaman dari luar Islam pada zaman komunis bermaharajalela di Indonesia suatu ketika dulu. Hamka berkata: “Ramai pemuda sekarang ini yang bangga dengan fahaman liberalis, kapitalis, sosialis, marxis, nasionalis, materialis. Akhirnya apabila sudah kena jangkitan siflis (penyakit kelamin), kaki berjalan mengangkang dan menangis barulah balik kepada agama.”

Fahaman dan buah fikiran boleh dicipta, tetapi jangan sampai menentang agama dan wahyu. Ramai orang yang disesatkan oleh ilmunya kerana berpaling daripada ilmu Allah.

di 15:05
Baca Selengkapnya...



Hawa nafsu suka kebodohan, kemalasan jauhkan seseorang daripada Islam

APABILA Allah menghendaki kebaikan pada diri manusia, maka Dia akan menitiskan ke dalam hati mereka satu semangat cintakan ilmu-Nya. Dengan ilmu itu manusia mengerti mengenai dirinya, baik kelebihan, mahupun kelemahannya. Ilmu juga menunjukkannya jalan yang benar dan menasihati hati untuk tidak mengambil jalan salah.

Al-Imam Ibnu al-Jauzi menulis mengenai keutamaan ilmu dalam kitab Shaydul Khatir: “Ilmu sudah membawa diriku menuju pengetahuan mengenai Sang Pencipta dan ilmu menyuruhku untuk berbakti kepada-Nya. Maka aku pun tunduk di hadapan kekuasaan-Nya seraya melihat sifat-Nya. Hatiku juga berasa getaran kebesaran-Nya sehingga aku tertunduk malu kerana cinta kepada-Nya. Ilmu juga yang menggerakkan aku untuk sentiasa berada dekat ke riba-Nya dan menolong aku mencapai ketinggian ubudiyah kepada-Nya. Aku hanyut dalam kebesaran-Nya setiap kali mengingati-Nya dalam zikirku. Saat menyendiri adalah saat ibadahku untuk-Nya. Apabila terdetik hatiku mahu meninggalkan ilmu, ia berkata: Apakah kamu mahu berpaling dariku, padahal akulah yang menjadi petunjuk jalanmu sehingga kamu mengenal Allah? Aku pun menjawab: Sesungguhnya engkaulah penunjuk jalan, tetapi aku sudah sampai ke destinasi, masihkah aku memerlukan petunjuk jalan? Ilmu berkata lagi kepadaku: Oh, tidak! Setiap kali bekalmu bertambah, akan bertambah pula pengetahuanmu mengenai Kekasihmu dan kamu semakin faham bagaimana cara mendekati-Nya. Esok kamu akan tahu sebenarnya hari ini kamu masih banyak menyimpan kekurangan. Tidakkah kamu mendengar firman-Nya kepada Nabi SAW: Katakanlah (Wahai Muhammad) Oh Tuhanku, tambahkanlah ilmuku.” (Surah Taha, ayat 14)

Jika hati sudah berpaling daripada ilmu, ia akan disibukkan yang selain daripada-Nya. Saat itu anda kehilangan kemanisan bermunajat kepada Allah, itulah azab yang paling dahsyat dalam kehidupan seorang hamba.

Ilmu mengenai Islam bukan milik pelajar yang mengambil aliran agama saja. Ilmu Islam bukan terbatas hak milik ustaz dan ustazah saja. Al-Quran diturunkan bukan untuk kalangan hamba yang belajar agama, sementara orang kebanyakan tidak berhak mempelajarinya.

Maka, yang duduk di masjid ialah hanya pesara, orang yang pernah berkaitan dengan sekolah agama atau pondok, anak dan cucu imam saja.

Ramai lagi yang belum bersedia belajar mengenai Islam, bahkan mungkin tidak tergerak pun mahu menghayati agama yang diwariskan dari zaman berzaman. Bagi mereka cukuplah kiranya agama Islam itu hanya mengucap syahadat dan setahun sekali berasakan hari raya.

Semudah itukah sebenarnya agama yang perlu difahami dan diamalkan?

Hakikatnya, perkara yang menjauhkan seseorang daripada Islam ialah hawa nafsunya yang suka kepada kebodohan dan kemalasan, diperhamba oleh syahwatnya sendiri, condong kepada kejahatan dan termakan pujuk rayu syaitan. Hingga suatu masa, Allah membersihkan diri mereka daripada palitan kebusukan hawa nafsu yang menjijikkan itu.

Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar, sekiranya tidaklah kerana kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, nescaya tidak seorangpun daripada kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surah al-Nuur, ayat 21)

Ayat itu menegaskan cara Allah menyelamatkan manusia daripada kejahatan diri sendiri, iaitu Allah membersihkan mereka dengan kurnia-Nya yang berupa hidayah dan ilmu, ditambah lagi dengan turunnya rahmat supaya manusia tidak tenggelam di lautan kekejian dan kemungkaran.

Hidup tanpa ilmu Islam umpama badan tanpa roh. Tegasnya, jiwa manusia boleh mati disebabkan kekeringan ilmu agama. Akhirnya yang berjalan itu hanyalah makhluk manusia tanpa perasaan, hati dan arah tuju yang jelas.

Mahu ke mana dia melangkah? Di mana tempat berhenti dan destinasi yang terakhir? Langkah sekadar mengikuti kelazatan syahwatnya sendiri. Maka, ramai mengadu tidak pernah berasakan kepuasan, walaupun sudah berada di puncak kejayaan dalam kariernya, tetapi pada masa sama ramai tidak peduli naluri mereka yang sebenarnya haus akan sentuhan hidayah Allah.

Naluri manusia perlukan Allah. Mereka tidak mungkin mencapai-Nya melainkan dengan ilmu Islam. Tetapi sayang, ramai yang menunda masa untuk belajar. Tunggu pergi haji atau pencen nanti, nak Islam jika perlu untuk uruskan orang mati, kenduri tahlil, majlis makan dan doa selamat.

Islam seolah-olah hanya suatu simbol untuk sekadar membaca doa pada majlis keramaian, balik rumah nanti masing-masing dengan perangainya yang bercanggah nilai Islam. Islam itu ilmu, memeluk Islam bererti meletakkan komitmen belajar melebihi komitmen yang lain.

Sahabat Baginda SAW terdiri daripada pelbagai golongan, mereka bekerja sebagai peniaga dan petani yang berjaya. Islam sudah membuktikan semakin mereka mencintai ilmu, beriman dan berjuang untuk Islam semakin terbuka lebar pintu dunia boleh ditakluki.

Kurang daripada 50 tahun selepas kewafatan Rasulullah SAW, Islam sampai di Afrika Utara hingga Asia. Siapa kata orang yang berpegang kepada agama tidak boleh memimpin dunia?

Tetapi, kini generasi baru ada yang percaya konsep jika mahu berjaya pisahkan diri daripada Islam. Jangan campurkan urusan dunia dengan Islam. Akibatnya ilmu agama kehilangan peminatnya dan agama tidak dijadikan pegangan hidup. Ia hanya sekadar simbol rasmi milik masyarakat turun temurun.

Akhirnya yang lahir adalah generasi buta agama, tidak mesra al-Quran, alahan apabila mendengar hadis dibaca. Yang paling teruk ialah menaruh rasa curiga dan permusuhan apabila ada seseorang yang mahu menegakkan Islam. Mereka percaya, Islam menghalang kemajuan.

Puncanya kerana dari kecil hingga dewasa hatinya tidak tersentuh dengan ilmu Islam. Mereka hanya belajar bagaimana menguasai dunia, tetapi tidak tahu bagaimana menundukkan jiwa, mereka belajar memakmurkan bumi, tetapi jahil mengenai Tuhan yang Maha Menguasai langit dan bumi. Mereka tidak kenal agama melainkan kulitnya saja, bahkan condong kepada fahaman buatan manusia.

Prof Dr Hamka pernah mengingatkan pemuda yang dipengaruhi fahaman dari luar Islam pada zaman komunis bermaharajalela di Indonesia suatu ketika dulu. Hamka berkata: “Ramai pemuda sekarang ini yang bangga dengan fahaman liberalis, kapitalis, sosialis, marxis, nasionalis, materialis. Akhirnya apabila sudah kena jangkitan siflis (penyakit kelamin), kaki berjalan mengangkang dan menangis barulah balik kepada agama.”

Fahaman dan buah fikiran boleh dicipta, tetapi jangan sampai menentang agama dan wahyu. Ramai orang yang disesatkan oleh ilmunya kerana berpaling daripada ilmu Allah.

di 15:05



Hawa nafsu suka kebodohan, kemalasan jauhkan seseorang daripada Islam

APABILA Allah menghendaki kebaikan pada diri manusia, maka Dia akan menitiskan ke dalam hati mereka satu semangat cintakan ilmu-Nya. Dengan ilmu itu manusia mengerti mengenai dirinya, baik kelebihan, mahupun kelemahannya. Ilmu juga menunjukkannya jalan yang benar dan menasihati hati untuk tidak mengambil jalan salah.

Al-Imam Ibnu al-Jauzi menulis mengenai keutamaan ilmu dalam kitab Shaydul Khatir: “Ilmu sudah membawa diriku menuju pengetahuan mengenai Sang Pencipta dan ilmu menyuruhku untuk berbakti kepada-Nya. Maka aku pun tunduk di hadapan kekuasaan-Nya seraya melihat sifat-Nya. Hatiku juga berasa getaran kebesaran-Nya sehingga aku tertunduk malu kerana cinta kepada-Nya. Ilmu juga yang menggerakkan aku untuk sentiasa berada dekat ke riba-Nya dan menolong aku mencapai ketinggian ubudiyah kepada-Nya. Aku hanyut dalam kebesaran-Nya setiap kali mengingati-Nya dalam zikirku. Saat menyendiri adalah saat ibadahku untuk-Nya. Apabila terdetik hatiku mahu meninggalkan ilmu, ia berkata: Apakah kamu mahu berpaling dariku, padahal akulah yang menjadi petunjuk jalanmu sehingga kamu mengenal Allah? Aku pun menjawab: Sesungguhnya engkaulah penunjuk jalan, tetapi aku sudah sampai ke destinasi, masihkah aku memerlukan petunjuk jalan? Ilmu berkata lagi kepadaku: Oh, tidak! Setiap kali bekalmu bertambah, akan bertambah pula pengetahuanmu mengenai Kekasihmu dan kamu semakin faham bagaimana cara mendekati-Nya. Esok kamu akan tahu sebenarnya hari ini kamu masih banyak menyimpan kekurangan. Tidakkah kamu mendengar firman-Nya kepada Nabi SAW: Katakanlah (Wahai Muhammad) Oh Tuhanku, tambahkanlah ilmuku.” (Surah Taha, ayat 14)

Jika hati sudah berpaling daripada ilmu, ia akan disibukkan yang selain daripada-Nya. Saat itu anda kehilangan kemanisan bermunajat kepada Allah, itulah azab yang paling dahsyat dalam kehidupan seorang hamba.

Ilmu mengenai Islam bukan milik pelajar yang mengambil aliran agama saja. Ilmu Islam bukan terbatas hak milik ustaz dan ustazah saja. Al-Quran diturunkan bukan untuk kalangan hamba yang belajar agama, sementara orang kebanyakan tidak berhak mempelajarinya.

Maka, yang duduk di masjid ialah hanya pesara, orang yang pernah berkaitan dengan sekolah agama atau pondok, anak dan cucu imam saja.

Ramai lagi yang belum bersedia belajar mengenai Islam, bahkan mungkin tidak tergerak pun mahu menghayati agama yang diwariskan dari zaman berzaman. Bagi mereka cukuplah kiranya agama Islam itu hanya mengucap syahadat dan setahun sekali berasakan hari raya.

Semudah itukah sebenarnya agama yang perlu difahami dan diamalkan?

Hakikatnya, perkara yang menjauhkan seseorang daripada Islam ialah hawa nafsunya yang suka kepada kebodohan dan kemalasan, diperhamba oleh syahwatnya sendiri, condong kepada kejahatan dan termakan pujuk rayu syaitan. Hingga suatu masa, Allah membersihkan diri mereka daripada palitan kebusukan hawa nafsu yang menjijikkan itu.

Firman Allah yang bermaksud: “Wahai orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan keji dan mungkar, sekiranya tidaklah kerana kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, nescaya tidak seorangpun daripada kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surah al-Nuur, ayat 21)

Ayat itu menegaskan cara Allah menyelamatkan manusia daripada kejahatan diri sendiri, iaitu Allah membersihkan mereka dengan kurnia-Nya yang berupa hidayah dan ilmu, ditambah lagi dengan turunnya rahmat supaya manusia tidak tenggelam di lautan kekejian dan kemungkaran.

Hidup tanpa ilmu Islam umpama badan tanpa roh. Tegasnya, jiwa manusia boleh mati disebabkan kekeringan ilmu agama. Akhirnya yang berjalan itu hanyalah makhluk manusia tanpa perasaan, hati dan arah tuju yang jelas.

Mahu ke mana dia melangkah? Di mana tempat berhenti dan destinasi yang terakhir? Langkah sekadar mengikuti kelazatan syahwatnya sendiri. Maka, ramai mengadu tidak pernah berasakan kepuasan, walaupun sudah berada di puncak kejayaan dalam kariernya, tetapi pada masa sama ramai tidak peduli naluri mereka yang sebenarnya haus akan sentuhan hidayah Allah.

Naluri manusia perlukan Allah. Mereka tidak mungkin mencapai-Nya melainkan dengan ilmu Islam. Tetapi sayang, ramai yang menunda masa untuk belajar. Tunggu pergi haji atau pencen nanti, nak Islam jika perlu untuk uruskan orang mati, kenduri tahlil, majlis makan dan doa selamat.

Islam seolah-olah hanya suatu simbol untuk sekadar membaca doa pada majlis keramaian, balik rumah nanti masing-masing dengan perangainya yang bercanggah nilai Islam. Islam itu ilmu, memeluk Islam bererti meletakkan komitmen belajar melebihi komitmen yang lain.

Sahabat Baginda SAW terdiri daripada pelbagai golongan, mereka bekerja sebagai peniaga dan petani yang berjaya. Islam sudah membuktikan semakin mereka mencintai ilmu, beriman dan berjuang untuk Islam semakin terbuka lebar pintu dunia boleh ditakluki.

Kurang daripada 50 tahun selepas kewafatan Rasulullah SAW, Islam sampai di Afrika Utara hingga Asia. Siapa kata orang yang berpegang kepada agama tidak boleh memimpin dunia?

Tetapi, kini generasi baru ada yang percaya konsep jika mahu berjaya pisahkan diri daripada Islam. Jangan campurkan urusan dunia dengan Islam. Akibatnya ilmu agama kehilangan peminatnya dan agama tidak dijadikan pegangan hidup. Ia hanya sekadar simbol rasmi milik masyarakat turun temurun.

Akhirnya yang lahir adalah generasi buta agama, tidak mesra al-Quran, alahan apabila mendengar hadis dibaca. Yang paling teruk ialah menaruh rasa curiga dan permusuhan apabila ada seseorang yang mahu menegakkan Islam. Mereka percaya, Islam menghalang kemajuan.

Puncanya kerana dari kecil hingga dewasa hatinya tidak tersentuh dengan ilmu Islam. Mereka hanya belajar bagaimana menguasai dunia, tetapi tidak tahu bagaimana menundukkan jiwa, mereka belajar memakmurkan bumi, tetapi jahil mengenai Tuhan yang Maha Menguasai langit dan bumi. Mereka tidak kenal agama melainkan kulitnya saja, bahkan condong kepada fahaman buatan manusia.

Prof Dr Hamka pernah mengingatkan pemuda yang dipengaruhi fahaman dari luar Islam pada zaman komunis bermaharajalela di Indonesia suatu ketika dulu. Hamka berkata: “Ramai pemuda sekarang ini yang bangga dengan fahaman liberalis, kapitalis, sosialis, marxis, nasionalis, materialis. Akhirnya apabila sudah kena jangkitan siflis (penyakit kelamin), kaki berjalan mengangkang dan menangis barulah balik kepada agama.”

Fahaman dan buah fikiran boleh dicipta, tetapi jangan sampai menentang agama dan wahyu. Ramai orang yang disesatkan oleh ilmunya kerana berpaling daripada ilmu Allah.

di 15:05
Baca Selengkapnya...

konferensi kelautan




Konferensi Kelautan Peringatkan Kurangi Pengotoran Laut

JAKARTA: Pada akhir Konferensi Kelautan Sedunia para peserta menyepakati imbauan untuk menguragi pengotoran laut dan penangkapan ikan yang berlebihan. Dalam konferensi yang diadakan di Manado itu wakil dari hampir 80 negara yang hadir juga menyerukan agar daerah pantai yang kerap terancam banjir lebih dijaga dari dampak perubahan iklim. Dalam pernyataan penutup yang disebut Deklarasi Manado, peserta konferensi terutama menekankan pentingnya perlindungan kawasan hutan bakau, daerah rawa dan terumbu karang.

Baca Selengkapnya...




Konferensi Kelautan Peringatkan Kurangi Pengotoran Laut

JAKARTA: Pada akhir Konferensi Kelautan Sedunia para peserta menyepakati imbauan untuk menguragi pengotoran laut dan penangkapan ikan yang berlebihan. Dalam konferensi yang diadakan di Manado itu wakil dari hampir 80 negara yang hadir juga menyerukan agar daerah pantai yang kerap terancam banjir lebih dijaga dari dampak perubahan iklim. Dalam pernyataan penutup yang disebut Deklarasi Manado, peserta konferensi terutama menekankan pentingnya perlindungan kawasan hutan bakau, daerah rawa dan terumbu karang.




Konferensi Kelautan Peringatkan Kurangi Pengotoran Laut

JAKARTA: Pada akhir Konferensi Kelautan Sedunia para peserta menyepakati imbauan untuk menguragi pengotoran laut dan penangkapan ikan yang berlebihan. Dalam konferensi yang diadakan di Manado itu wakil dari hampir 80 negara yang hadir juga menyerukan agar daerah pantai yang kerap terancam banjir lebih dijaga dari dampak perubahan iklim. Dalam pernyataan penutup yang disebut Deklarasi Manado, peserta konferensi terutama menekankan pentingnya perlindungan kawasan hutan bakau, daerah rawa dan terumbu karang.

Baca Selengkapnya...